DENPASAR, BALIPOST.com – Polresta Denpasar melakukan pemetaan daerah yang rawan konflik serangkaian perayaan hari raya Nyepi Nyepi Tahun Baru Caka 1940, terutama saat Pangerupukan. Ada sejumlah wilayah yang mendapat pengawasan khusus.
Kabag Ops. Polresta Denpasar Kompol Nyoman Gatra saat Rakor pengamanan rangkaian hari raya Nyepi, Selasa (13/3), Jalan Teuku Umar masuk dalam potensi rawan konflik terutama saat pawai ogoh-ogoh karena di sana pernah terjadi bentrok anggota ormas yang mengakibatkan dua orang tewas. Polisi tidak ingin kecolongan dan melakukan pengawasan di sana.
Sedangkan Tanjung Benoa mendapat atensi khusus karena adanya pro dan kontra rencana reklamasi. Sementara wilayah Denpasar Timur termasuk rawan konflik terkait permasalahan taksi online. “Kalau wilayah Serangan soal tapal batas. Kami sudah melakukan antisipasi,” ujarnya.
Sementara kerawanan saat Nyepi yaitu pencurian, suara toa dan wisatawan asing jalan-jalan. Kejadian turis seperti itu terjadi saat Nyepi 2017. Kompol Gatra menjelaskan Joo George asal Inggris diamankan pecalang karena jalan di simpang Jalan Teuku Umar-Jalan Imam Bonjol, Denpasar. Ternyata Joo usai dirawat di RSUP Sanglah dan hendak pulang. Pecalang juga mengamankan orang mabuk saat mengendarai motor di Jalan Mahendradatta, Denpasar.
Sementara permasalahan yang kerap terjadi yaitu pemasangan ogoh-ogoh menggunakan badan jalan sehingga menyebabkan kemacetan, menggunakan musik modern saat mengarak ogoh-ogoh, mengonsumsi miras dan gesekan antar pengarak ogoh-ogoh. “Polresta Denpasar dibantu instansi terkait melaksanakan pengamanan terkait perayaan Nyepi mulai tanggal 13 sampai 18 Maret 2018. Kami mengedepankan kegiatan preventif didukung intelijen dan penegakan hukum. Tujuannya guna menjamin keamanan, kenyamanan masyarakat, khususnya umat Hindu yang melaksanakan hari raya Nyepi,” kata mantan Kapolsek Kawasan Laut Benoa ini.
Sedangkan hal-hal yang diantisipasi yaitu orang atau kelompok yang ingin menganggu pelaksanaan Nyepi, pelaku teror atau provokator serta residivis, sajam, senpi, miras, narkoba dan pencurian.
Saat Pangerupukan di wilayah Denpasar akan diarak 1.130 ogoh-ogoh. Sedangkan jumlah personel yang dikerahkan 1.907 orang.
Wakapolresta Denpasar AKBP I Nyoman Artana, pengamanan melibatkan semua instansi, baik itu dari TNI, Satpol PP, BPBD, pecalang dan desa adat. Semua punya tanggung jawab sesuai fungsinya masing-masing. Khusus saat Pangerupukan, Wakapolresta mengimbau kepada masyarakat saat pawai ogoh-ogoh tidak melewati batas wilayahnya masing-masing.
Pasalnya sudah ditentukan dan disepakati lokasinya. Tujuannya untuk mengantisipasi benturan fisik atau bentrokan.
Selain itu, saat mengarak ogoh-ogoh dilarang menggunakan musik selain gamelan sebagai pengiringnya. Contohnya musik disko dan musik keras lainnya. Karena bisa menyulut emosional pengaraknya.
Paling penting adalah tidak minum minuman keras karena bisa memicu gesekan dan akhirnya merusak suasana Pangerupukan itu sendiri. Usai pawai diharapkan ogoh-ogoh jangan ditaruh disembarangan tempat, harus dibawa ke wilayahnya dan dibakar. Dengan demikian tidak mengganggu kebersihan dan kenyamanan Kota Denpasar. (Kerta Negara/balipost)