Umat Hindu melasti di Pantai Purnama, Gianyar pada 2018. (BP/Dokumen)

GIANYAR, BALIPOST.com – Hampir seluruh pantai selatan Gianyar menjadi tempat pemelastian. Salah satunya di Pantai Purnama, Kecamatan Sukawati. Ribuan krama Desa Pakraman datang silih berganti sejak subuh bahkan hingga sore hari.

Seperti tampak pada pemelastian yang digelar Krama Desa Pakraman Batuan, Rabu (14/3) sekitar pukul 15.00 Wita. Meski dalam guyuran hujan yang cukup deras, krama tetap antusias mengikuti seluruh prosesi.

Wakil Bendesa Pakraman Batuan, I Ketut Wastika menjelaskan pemelastian ini diikuti ribuan krama dari 8 banjar. Sebanyak 30 pratima terdiri dari Pura Khayangan Tiga, Pura Banjar dan Manca-manca di Desa Pakraman Batuan disucikan Rabu kemarin ke Pantai Purnama, Sukawati.

Baca juga:  Kebutuhan Donor Plasma Tinggi, Ini Kendala Dihadapi

Usai pemelastian, seluruh pratima inipun diiring menuju Pura Bale Agung. Kepada krama diberikan kesempatan menghaturkan sembah bhakti hingga Kamis (15/3) hari ini. Sebagai rangkaian hari suci Nyepi, Desa Pakraman Batuan juga akan melangsungkan Tawur Agung Kesanga, pada rahina Tilem, Jumat (16/3) besok. “Tawur Agung digelar di catus pata desa. Setelah itu dilanjutkan dengan pengrupukan di masing-masing rumah,” imbuhnya.

Pelaksanaan Nyepi kali ini yang bertepatan dengan Hari Suci Saraswati, bertepatan pula dengan piodalan Sang Hyang Aji Saraswati di Pura Desa lan Puseh Desa Pakraman Batuan. Bukan ditiadakan, melainkan pujawali Saraswati akan dilangsungkan mulai tengah malam usai malam pengrupukan. “Ngawit jam 12 sampai maksimal jam 5 pagi. Supaya keesokan harinya, krama bisa total melangsungkan catur brata penyepian,” jelasnya.

Baca juga:  Ida Bhatara Pura Pasar Agung Melasti ke Toya Sah

Sementara unyuk penjagaan saat Nyepu Desa Pakraman Batuan mengerahkan sebanyak 21 Pecalang. Nah kepada krama, diberikan kesempatan sembahyang Saraswati keesokan harinya yakni bertepatan dengan banyupinaruh sekaligus Ngembak Gni. “Malam harinya, kami juga melangsungkan upacara penyineban Rejang Sutri, tarian sakral penolak bala yang sebelumnya ditarikan selama sasih gering,” jelasnya. (Manik Astajaya/balipost)

BAGIKAN

TINGGALKAN BALASAN

Please enter your comment!
Please enter your name here

CAPCHA *