LAMONGAN, BALIPOST.com – Menjelang peringatan hari raya Nyepi, umat Hindu di Lamongan terus melakukan berbagai persiapan. Salah satunya dengan membuat ogoh-ogoh sebagai bagian dari perigatan Nyepi, Tahun Baru Caka 1940.

Ogoh-ogoh yang akan diarak keliling desa ini tak hanya diusung umat Hindu. Umat lainnya, Islam dan Kristen, juga turut berpartisipasi. Mereka juga sengaja membuat ogoh-ogoh sebagai bentuk toleransi antar umat beragama.

Persiapan pembuatan ogoh-ogoh ini salah satunya dilakukan umat Hindu di Desa Balun, Kecamatan Turi, Lamongan. Mereka sibuk menyelesaikan lima ogoh-ogoh di area Pura Swetamaha Suci, desa setempat.

Baca juga:  Penyineban Karya Ngusaba Kadasa di Pura Ulun Danu Batur

Pembuatan ogoh-ogoh yang melambangkan simbol kejahatan atau bhuta kala ini sendiri sudah mencapai sembilan puluh persen dan sudah tahap finishing. Pengerjaannya dilakukan awal Januari lalu.

Menurut salah satu pengurus Pura Swetamaha Suci, Ngarijo, secara keseluruhan ada delapan ogoh-ogoh dibuat dalam perayaan Nyepi, lima dikerjakan di area pura. Sementara tiga lainnya dibuat di salah satu rumah warga yang merupakan bentuk toleransi antarumat beragama yang dibuat oleh umat Islam, Kristen, dan satu ogoh-ogoh sumbangan dari LA Mania yang merupakan pendukung Persela Lamongan.

Baca juga:  Dari Teknis Pengerupukan hingga Kontribusi Sukarela Wisatawan

Dibutuhkan keterampilan khusus, butuh kreativitas serta ketelatenan dalam membuat karakter bhuta kala yang nantinya diarak keliling kampung hingga dibakar. Pembuatan ogoh-ogoh tahun ini berlangsung agak lama menginggat cuaca yang kerap tidak mendukung.

Menurut salah satu panitia pelaksanaan Nyepi di Lamongan, Wisnu, selain membuat ogoh-ogoh, sejumlah persiapan lain juga telah dipersiapkan pengurus pura, seperti melasti dan upacara tawur agung kesanga. Desa Balun sendiri dikenal dengan sebutan desa Pancasila, karena umat Hindu, Islam, dan Kristen dengan tempat ibadah yang saling berdampingan, hidup rukun. (kmb/surabayatv)

Baca juga:  Hadiri Peringatan Maulid Nabi, Komitmen Nyata Giri Prasta Pupuk Toleransi
BAGIKAN

1 KOMENTAR

  1. Sepertinya, bagi umat non-Hindu, ogoh-ogoh sendiri bukan sekedar perayaan ritual. Ada makna gotong-royong, ekspresi seni, dan penyajian hiburan, dari suatu penyelenggaraan pawai ogoh-ogoh. Itulah yang saya tangkap ketika menonton parade ogoh-ogoh menjelang haru Nyepi ini.

TINGGALKAN BALASAN

Please enter your comment!
Please enter your name here

CAPCHA *