SINGARAJA, BALIPOST.com – Warga Desa Padangbulia, Kecamatan Sukasada menggelar tradisi “Mepruput” serangkaian pangerupukan, Jumat (16/3). Tradisi ini digelar bersamaan dengan pawai ogoh-ogoh setelah prajuru desa adat menggelar upacara Tawur Agung Kesanga.

“Mepruput” ini sendiri sejak dahulu dipercaya sebagai simbol mengusir butha kala dan amarah umat manusia sebelum melaksanakan tapa brata penyepian. Tradisi ini diawali dengan memukul ketungan yang biasa digunakan untuk menumbuk padi oleh seklompok ibu-ibu.

Baca juga:  Tumpukan Sampah Hari Raya Galungan Diolah Menjadi Kompos

Warga terutama pemuda desa mulai bersiap di sepanjang jalan di pusat desa. Mereka membawa daun kelapa kering yang sudah diikat. Daun kelapa kering itu kemudian dibakar yang menandai tradisi “mepruput” dimulai.

Masing-masing pemuda itu kemudian saling memukulkan ikatan daun kelapa kering yang sudah disulut api tersebut. Pukulan itu sontak mengakibatkan semburan percikan api. Setiap pukulan itu diikuti dengan sorak sorai, hingga menambah sakral tradisi ini.

Baca juga:  56 OTG-GR Isolasi di Rumah, Bangli Lanjutkan Karantina di Hotel

Kelian Desa Adat Desa Pakraman Padangbulia, Kecamatan Sukasada, Gusti Komang Suputra mengatakan, tradisi ini rutin digelar setiap malam pangerupukan. Dia mempercayai tradisi ini selain untuk mengusir Butha Kala, juga untuk melampiaskan amarah setiap umat manusia yang akan melaksanakan tapa brata penyepian. “Ini tradisi turun temurun yang harus kami gelar dan maknanya sendiri agar api yang menjadi simbol amarah setiap umat manusia harus dipadamkan,” katanya. (Mudiarta/balipost)

Baca juga:  Mematikan Paket Data saat Nyepi Jadi "Lesson Learning" untuk Telkomsel
BAGIKAN

TINGGALKAN BALASAN

Please enter your comment!
Please enter your name here

CAPCHA *