BANGLI, BALIPOST.com – Ketut Purnawan menjadi salah satu perajin perak di Bangli yang hasil karyanya telah diakui dan dikenal banyak orang. Produk kerajinan buatannya bahkan kerap dipergunakan dalam berbagai ajang kontes kecantikan.
Pada tahun 2011 lalu misalnya, mahkota karyanya pernah diperebutkan dalam ajang pemilihan Putri Pariwisata Indonesia. Ditemui di rumahnya di Banjar Pande, Kelurahan Cempaga, Kamis (15/3), Purnawan menuturkan bahwa dirinya sudah mulai menekuni usaha kerajinan perak sejak tahun 2004 silam.
Saat itu, produk buatannya berupa bros dan perhiasan perak lainnya sangat laris di pasaran. Kerajinan buatannya tidak saja laku di pasaran lokal, namun juga di pasar luar daerah bahkan hingga luar negeri. Untuk memproduksi kerajinan, pemilik Prizel Perak Bali saat itu mempekerjakan 54 orang karyawan.
Namun sejak kemunculan perhiasan alpaka, permintaan pasar terhadap produk kerajinan buatannya terus merosot. Hingga pada akhirnya Purnawan pun beralih. Dia memilih membuat perhiasan pengantin Bali, dengan pasar salon-salon rias pengantin di Bali. “Selama ini produk saya tidak saja laku di pasar lokal tapi juga banyak diminati daerah transmigran, seperti Lampung, Sulawesi dan Lombok,” ujarnya.
Untuk mempromosikan produk kerajinannnya, selain aktif mengikuti pameran, Purnawan juga memanfaatkan media sosial yang memang sedang tren saat ini. Dia mengatakan dari hasil promosinya tersebut, sekitar tahun 2011 dirinya pernah mendapat kepercayaan untuk membuat mahkota Putri Pariwisata Indonesia. Mahkota yang dihiasi aneka batu permata itu, dibuatnya cukup lama hingga dua bulanan.
Tak hanya itu saja, dalam ajang pemilihan Jegeg Bagus di tingkat provinsi maupun kabupaten dirinya juga sering dipercaya untuk membuatkan mahkota. “Terakhir saya buat mahkota untuk ajang Miss Tabo (sebuah kontes di wilayah Sumatera) sekitar Februari lalu,” terangnya.
Purnawan mengakui dirinya cukup bangga dengan kepercayaan yang diberikan kepadanya. Dia pun berharap bisa mendapat kehormatan membuat mahkota untuk ajang bergengsi lainnya di tingkat nasional bahkan internasional.
Sementara itu disinggung mengenai upayanya untuk mempertahankan karyanya agar bisa tetap eksis di pasaran, terutama dengan gempuran alpaka, Purnawan mengatakan inovasi. Menurutnya jika perajin tidak terus berinovasi, akan cepat kalah bersaing. (Dayu Swasrina/balipost)