JAKARTA, BALIPOST.com – City of Music menjadi slogan Kota Ambon yang sedang berjuang memperoleh pengakuan sebagai ‘Kota Musik Dunia’ dari United Nations Educational, Scientific and Cultural Organization (UNESCO), badan khusus Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) yang bergerak di bidang Organisasi Pendidikan, Keilmuan, dan Kebudayaan. “Orang Ambon itu DNA-nya musik. Mengapa saya bilang begitu, karena bayi baru lahir di luar Ambon, kalau ditepuk hanya menangis. Tapi bayi lahir di Ambon, apabila ditepuk, maka langsung menyanyi dia,” kelakar Walikota Ambon Richard Louhenapessy di Kota Ambon, Provinsi Maluku, Sabtu (17/3).
Untuk mendorong Ambon menuju ‘Kota Musik Dunia’, pemerintah provinsi Maluku yang dipimpin Wakil Gubernur Maluku merangkap Plt Gubernur Maluku Zeth Sahuburua dan Walikota Ambon Richard Louhenapessy mengundang Ketua DPR RI Bambang Soesatyo mencanangkan Ambon sebagai ‘Kota Musik Dunia’. Masyarakat di Ambon terus berjibaku berupaya memperoleh pengakuan sebagai salah satu kota musik dunia yang ke-18 oleh UNESCO.
Banyak panggung-panggung musik di sudut-sudut kota yang dipadati warga sekitar. Tua muda bermain musik sambil bernyanyi, sedangkan warga lain ikut menikmati dengan menari.
Richard mengungkapkan, partisipasi aktif warga memang sengaja diciptakan karena hal itu menjadi bagian dari 24 persyaratan yang ditentukan UNESCO apabila Ambon ingin memperoleh pengakuan. Sejumlah rencana dan program telah disiapkan. “Segala upaya kita coba, demi mewujudkan Ambon sebagai kota musik yang diakui dunia,” ucapnya.
Oleh karena itu, pihaknya telah meminta pemerintah pusat dan memperoleh bantuan dari Badan Ekonomi Kreatif (Bekraf) melalui penciptaan dan pertumbuhan industri ekonomi kreatif berkaitan dengan musik. Sebab, dengan menciptakan industri kreatif inilah maka sejumlah persyaratan yang ditentukan akan cepat dipenuhi.
Salah satu persyaratan, sebut Richard adalah industri pariwisata musik Ambon yang juga diharuskan tumbuh. Dia mengatakan perlahan wisata musik yang menjadi bagian dari industri ekonomi kreatif mampu membangkitkan ekonomi daerah, khususnya Ambon. “Maka ekonomi kerakyatan tumbuh dengan sendirinya secara merata di sini,” imbuhnya.
Wakil Gubernur merangkap Pejabat pelaksana (Plt) Gubernur Maluku Zeth Sahuburua mengatakan hal lain yang juga harus dipenuhi Kota Ambon adalah sejumlah infrastruktur berkaitan dengan musik. Salah satunya adalah dengan dibangunnya dua studio rekaman musik berstandar internasional.
Dua studio musik itu, ada di Universitas Pattimura dan Universitas Islam Negeri (UIN) Ambon. “Ada dua studio rekaman yang diberikan oleh Bekraf pada Pemkot Ambon, pertama itu di kampus Univesitas Patimura dengan kekhususan musik pop, kedua di kampus Institute Agama islam yang kini menjadi UIN Ambon dengan ciri musik etnik,” terangnya.
Modal utama menjadi Kota Musik Dunia sudah diperoleh, yaitu pengakuan dari pemerintah pusat bahwa Ambon terpilih sebagai kota musik, menyisihkan sejumlah daerah yang juga mengusulkan hal sama seperti Medan dan beberapa daerah lainnya. Pemerintah pusat menjadikan Ambon sebagai ikon kota musiknya Indonesia, setelah Pekalongan di Jawa Tengah yang menjadi ikon kota batik, dan Bandung menjadi ikon kota berbasis industri desain fashionnya. (Hardianto/balipost)