BANGLI, BALIPOST.com – Sebagian besar masyarakat menilai sampah tidak berguna yang hanya mengotori dan mencemari lingkungan. Namun, anggapan itu tidak berlaku di tangan-tangan kreatif siswa SMPN 2 Tembuku, Bangli.

Sampah mereka olah menjadi beraneka produk kerajinan bernilai jual tinggi. Kreativitas mereka pun mendulang apresiasi para ASN di Pemkab Bangli hingga Bupati Made Gianyar.

Produk kerajinan siswa SMPN 2 Tembuku dipajang pada sebuah pameran yang digelar di  tribun Lapangan Kapten Wayan Mudita, Bangli, Jumat (23/3). Sejumlah ASN usai mengikuti kegiatan krida, tertarik melihat dan membeli kerajinan tersebut.

Baca juga:  Dari Diduga Situs Zaman Megalitikum hingga Penjualan Miras Oplosan

Tak hanya pegawai, Bupati Bangli Made Gianyar juga tak mau kalah. Dia membeli beberapa kerajinan berbahan baku sampah untuk dipajang sebagai kenang-kenangan.

Gianyar mengungkapkan, pihaknya sangat mengapresiasi kerajinan berbahan baku sampah organik maupun non organik yang dibuat oleh siswa SMPN 2 Tembuku. Pihaknya berharap kreativitas ini bisa ditularkan ke generasi muda dan masyarakat Bangli.

Untuk memasarkan produk secara lebih luas, pihaknya akan menyiapkan tempat khusus termasuk di pasar-pasar yang baru dibangun dan objek wisata.

Baca juga:  PPKM Level 4 Berlanjut, Tambahan Kasus COVID-19 Bali di Atas 1.400 Orang

Sementara itu, Kepala SMPN 2 Tembuku I Made Degdeg mengatakan, para siswa menggeluti kerajinan ini sejak tahun 2015. Inisiatif pengolahan sampah beranjak dari kegelisahan pihak sekolah mengenai banyaknya sampah di lingkungan sekolah.

Pihaknya lantas menunjuk salah seorang guru untuk mengikuti pelatihan di luar Bangli dan kemudian mengajarkan materi pelatihan tersebut pada kegiatan ekstrakurikuler yang diikuti para siswa. Menurutnya, beragam jenis kerajinan sudah dihasilkan para siswa seperti sokasi, bokor, lampu tidur, tempat tisu, bando, keset, wadah air mineral, tempat parsel, tas, kemoceng hingga aneka miniatur.

Baca juga:  Hanya Dua Kabupaten Laporkan Tambahan Kasus COVID-19 di Bawah 10

Harga yang dijual bervariasi mulai dari Rp 20 ribu sampai Rp 100 ribu. Harga disesuaikan dengan tingkat kesulitan pembuatan.

Selain mengolah sampah di sekolah, pihaknya berharap para siswa mampu memanfaatkan sampah di rumah masing-masing. Sejauh ini, pihaknya telah memperkenalkan inovasi pengolahan sampah ke empat SMP dan enam SD di Tembuku. (Eka Parananda/balipost)

BAGIKAN

TINGGALKAN BALASAN

Please enter your comment!
Please enter your name here

CAPCHA *