DENPASAR, BALIPOST.com – Musim kemarau yang biasanya dimulai pada April, sebentar lagi datang. Dikhawatirkan, musim kemarau mempengaruhi pasokan komoditi.
Menurut Kepala Perwakilan Bank Indonesia (BI) Bali Causa Iman Karana, BI dan Tim Pengendalian Inflasi Daerah (TPID) Bali segera melakukan antisipasi terkait adanya kemungkinan lonjakan harga karena pengaruh musim kemarau yang segera tiba. Antisipasi dilakukan mengingat musim kemarau rentan mempengaruhi produksi pangan, seperti bawang merah, cabai maupun bawang putih.
“Musim kemarau memang rentan mempengaruhi produktivitas pangan, Karena susahnya petani memperoleh air. Produktivitas pangan yang terganggu rentan mempengaruhi kenaikan harga jual,” ujarnya.
Mengantisipasi timbulnya inflasi saat musim kemarau, BI bekerja sama dengan Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG) untuk membantu petani dalam bentuk edukasi membaca cuaca. Sehingga bisa mengatur sistem tanam dan panen, termasuk jenis tanaman yang cocok ditanam pada iklim tertentu.
Dikatakan, BMKG memiliki teknologi memprediksi cuaca. Selain itu juga memiliki program sekolah lapang iklim. Di sekolah lapang iklim ini, petani diajarkan mengetahui tanda perubahan cuaca. “Sekolah lapang iklim ini salah satunya dilakukan kepada kelompok tani bawang merah di Desa Songan, Bangli,” ungkapnya.
Selain itu, BI juga telah menyiasati dengan pembuatan cadangan air khususnya dilakukan di sejumlah kelompok tani binaan BI. Termasuk, memanfaatkan embung atau kolam besar tempat menampung air hujan.
BI juga memanfaatkan teknologi air bawah tanah yang bisa digunakan untuk meminimalisasi kekeringan yang bisa mengganggu produktivitas pangan saat kemarau. “Semua itu kita cobakan di proyek percontohan BI dengan sistem pemberdayaan kelompok tani atau klaster,” jelasnya.
Klaster yang dimiliki bank sentral ini di antaranya untuk cabai di Desa Ababi Karangasem, bawang merah di Desa Songan Kabupaten Bangli dan di Gerokgak Buleleng, padi di Kabupaten Gianyar dan akan mengembangkan bawang putih di Desa Wanagiri Buleleng. BI juga sedang menjajaki mengembangkan klaster cokelat di Jembrana. (Citta Maya/balipost)