BANJARMASIN, BALIPOST.com – Indonesia merupakan salah satu negara megadioversiti terbesar di dunia. Dari 40 ribu spesies tanaman obat, sekitar 30 ribu spesies berada di Indonesia. Dari jumlah tersebut sebanyak 9.600 diantaranya memiliki khasiat obat.
Sayangnya, saat ini baru sekitar 200 spesies dimanfaatkan sebagai obat tradisional. Padahal, menurut data WHO 2005 diperkirakan sebanyak 75-80 persen penduduk dunia pernah menggunakan obat-obatan herbal.
Guna mensosialisasikan hal tersebut, Sabtu (24/3), PT Industri Jamu dan Farmasi Sido Muncul Tbk bekerjasama dengan Fakultas Kedokteran Universitas Lambung Mangkurat dan Ikatan Dokter Indonesia, mengadakan seminar herbal dengan tema “Memanfaatkan Obat Herbal Menuju Indonesia Sehat”. Seminar diikuti oleh 250 peserta dari kalangan kedokteran, peneliti, mahasiwa, dan masyarakat umum di Banjarmasin.
Menurut Direktur Sido Muncul, Irwan Hidayat, saat ini para praktisi medis dan farmasi terus melakukan penelitian lebih lanjut untuk mendalami dan membuktikan tingkat keberhasilan obat-obatan herbal yang disebut dengan herbal medik. Pengembangan ilmu pengetahuan dan teknologi di bidang herbal perlu terus dilakukan oleh pemerintah, akademisi, dunia usaha, dan masyarakat yaitu saintifikasi jamu dalam hal ini penelitian berbasis kesehatan. “Melalui seminar herbal seperti ini kami berharap akademisi kedokteran terdorong untuk terus melakukan penelitian tanaman obat secara ilmiah. Tidak hanya bergantung kepada obat modern yang berbasis kimia. Selain itu kami juga ingin dunia kedokteran mendapat wawasan mengenai industri jamu, penelitian yang kami lakukan untuk mengembangkan produk, dan penggunaan jamu untuk pelayanan kesehatan,” paparnya.
Dalam seminar itu hadir, Dekan Fakultas Kedokteran Universitas Lambung Mangkurat, Prof. Dr. Zairin Noor, dr, SpOT(K), MM. Sementara para pembicara pada seminar ini adalah Dra. Rr. Maya Gustina Andarini, Apt., M.Sc. (Deputi Bidang Pengawasan Obat Tradisional, Suplemen Kesehatan, dan Kosmetik BPOM RI), Dr. dr. Ina Rosalina, Sp.A(K), M.Kes., MH.Kes (Direktur Pelayanan Kesehatan Tradisional Kemenkes RI), Irwan Hidayat (Direktur PT Industri Jamu dan Farmasi PT Sido Muncul Tbk), Unit Pusat Riset Fakultas Kedokteran Universitas Lambung Mangkurat, Prof. dr. Edi Dharmana, M.Sc., PhD, Sp.Park (Imunolog Peneliti Herbal, Guru Besar Universitas Diponegoro), Ipang Djunarko, S.Si., M.Sc., Apt (Fakultas Farmasi, Universitas Sanatha Dharma), dan Dr. drh. Erida Wydiamala, MKes (Unit Riset Fakultas Kedokteran Universitas Lambung Mangkurat).
Materi yang disampaikan para pembicara yaitu Kebijakan Obat Asli Indonesia, Kebijakan Pengobatan Tradisional Komplementer di Indonesia, Industri Herbal Berbasis Good Manufacturing Practices (GMP), Uji Manfaat Tolak Angin, Uji Toksisitas Subkronis Tolak Angin Cair. Seminar Herbal di kota Banjarmasin merupakan seminar yang ke-39 kali dilakukan Sido Muncul dalam mensosialisasikan penggunaan obat herbal yang dilakukan sejak tahun 2007.
Kota-kota lain tempat pelaksanaan seminar sebelumnya adalah Jakarta, Bogor, Bandung, Semarang, Ungaran, Yogyakarta, Medan, Lampung, Pekanbaru, Padang, Palembang, Solo, Makassar, Surabaya, Jombang, Batam, Magelang, dan Bali. Di beberapa kota, seminar dilakukan beberapa kali.
Ditambahkan Irwan, seperti halnya produk Tolak Angin, Sido Muncul telah melakukan berbagai penelitian, yaitu Uji Toksisitas dan Uji Khasiat, dengan Universitas Sanata Dharma dan Universitas Diponegoro. Hasilnya, minum Tolak Angin dalam jangka panjang tidak menimbulkan efek samping jika diminum sesuai dosis anjuran (tidak menimbulkan efek toksit bagi organ tubuh). Pada 2007 Tolak Angin telah mendapatkan sertifikat Obat Herbal Terstandar (OHT) dari Badan POM. (Diah Dewi/balipost)