GIANYAR, BALIPOST.com – Berbagai upaya dilakukan Dinas Ketahanan Pangan, Kelautan dan Perikanan (DKPKP) Kabupaten Gianyar dalam meningkatkan produksi ikan lele. Salah satunya dilakukan dengan pengembangan sistem Bioflok. Sistem ini diharapkan bisa memperbesar ukuran ikan lele.
Kepala DKPKP Kabupaten Gianyar, IGA Dewi Hariani mengatakan secara ekonomis usaha budidaya lele sangat menguntungkan. Sebab, ikan ini memiliki nilai ekonomi yang tinggi dan tidak memerlukan perawatan rumit. “Namun saat ini yang menjadi kendala di kalangan peternak ikan adalah masalah kebutuhan pakan, yang merupakan biaya produksi terbesar yaitu berkisar antara 80-85 persen dari total biaya produksi,” katanya.
Dewi yang didampingi Kabid Budidaya DKPKP, Pande Putu Ayu Sri Ratnawati menjelaskan program dan kegiatan di bidang perikanan budidaya terus dikembangkan melalui terobosan inovatif, seperti minapadi. Saat ini juga dikembangkan melalui bioflok yang merupkan program prioritas Kementerian Kelautan dan Perikanan RI.
Tahun ini, ia mengatakan pihaknya telah melakukan program pengembangan perikanan budidaya melalui beberapa kegiatan, seperti pembinaan dan pengembangan perikanan yang merupakan dukungan untuk Balai Benih Ikan (BBI Payangan) dan Pasar Benih Ikan (PBI Siangan) agar dapat menghasilkan benih ikan yang berkualitas. “Ke depan kami juga akan mengadakan bimtek budidaya dan pengenalan cuaca pada kelompok nelayan, agar mereka tahu kapan cuaca bagus untuk melaut. Meskipun secara tradisional nelayan ini sudah sangat paham dengan kondisi laut, tapi tidak ada salahnya kami memberikan pembekalan secara teknologi modern,” tegasnya.
Sementara itu Sri Ratnawati menerangkan sistem bioflok mampu mengolah limbah menjadi pakan. Bioflok merupakan kunci jawaban dalam menciptakan budidaya ikan yang ramah lingkungan berkelanjutan, efisien dalam pengunaan air maupun pakan, dan dapat meminimalisir limbah. (Manik Astajaya/balipost)