GIANYAR, BALIPOST.com – Dinas kesehatan Kabupaten Gianyar sudah menerima hasil lab untuk sampel kasus keracunan di Banjar Mudita, Desa Sukawati. Hasil itu menyebut penyebab puluhan warga keracunan ialah bakteri yang ada pada makanan.
“Itu hanya bakteri yang ada di sekitar kita karena kurang bersih atau tercemar waktu memasak atau membungkus,” ungkap Kepala Dinas Kesehatan (Kadiskes) Gianyar Ida Ayu Cahyani, Selasa (27/3).
Dijabarkan makanan yang sebelum dikonsumsi oleh krama Banjar Mudita usai mengarak ogoh-ogoh, bisa tercemar saat proses masak atau pun dibungkus dengan tangan yang kotor atau pun alat pembungkus yang tercemar. “Intinya pengelolaan makanan harus bersih, mulai dari bahan, cara memasak, alat memasak sampai termasuk kebersihan orang yang makan,” ucapnya.
Faktor lain yang berpengaruh, kata Kadiskes Gianyar, jarak waktu memasak dan dimakan. Ia pun kembali mengimbau agar pengelola makanan memperhatikan kebersihan dan kesehatan konsumen.
Ditegaskan hasil temuan bakteri ini pun membantah adanya kesengajaan atau upaya meracuni yang dilakukan oleh oknum tertentu. Namun ia enggan menjelaskan makanan mana yang mengandung bakteri penyebab keracunan itu ditemukan. “Masalah bakteri kan bisa dimana-mana, terutama pada lingkungan yang kotor,” tandasnya.
Sementara Kanit Reskrim Polsek Sukawati AKP I.B. Mas Kencana mengaku masih menunggu hasil Lab forensik Polda Bali. Dikatakan polisi dari Labfor Polda Bali mengambil beberapa bahan makanan yang sempat disantap. Diantaranya, nasi, lauk dan mie. “Kami masih menunggu pengecekan di labfor, kalau Diskes mungkin melakukan pengecekan di BPPOM,” jelasnya.
Mengenai penyebab keracunan massal, Mas Kencana menduga penyebabnya pada nasi yang dikonsumsi secara bersama usai mengarak ogoh-ogoh pada malam Pangerupukan. Nasi ini lah yang diduga mengandung racun. “Cuma kandungan racun di dalamnya seperti apa, itu yang belum diketahui,” jelasnya.
Meski dugaan kuat sumber keracunan adalah nasi bungkus, namun AKP I.B. Mas Kencana tidak melilhat adanya faktor kesengajaan dalam kasus ini. Terlebih, keluarga dari penjual nasi sendiri ikut keracunan. “Kalau faktor keteledoran itu mungkin, kan bisa saja bahan makanan kurang dicuci bersih atau semacamnya,” ujarnya. (Manik Astajaya/balipost)