SEMARAPURA, BALIPOST.com – Intensitas hujan yang mengguyur wilayah Kepulauan Nusa Penida, Kabupaten Klungkung sejak tiga bulan terakhir sudah mulai berkurang. Hal tersebut menyebabkan warga Desa Pejukutan mulai kesulitan mendapatkan air bersih.
Kondisi yang sudah rutin setiap tahun ini juga menghambat pembangunan fisik. Perbekel Pejukutan, I Nyoman Yudiadnyanawan mengatakan sejak tiga bulan lalu, intensitas hujan sudah mulai berkurang. Sebagai dampaknya, ketersediaan air pada cubang warga yang dipakai memenuhi berbagai jenis kebutuhan, mulai dari konsumsi, Mandi hingga peternakan semakin menipis.
Ia mengakui keluhan pun mulai bermunculan. “Dari beberapa waktu lalu, keluhan sudah mulai muncul,” katanya, Minggu (1/4).
Memenuhi kebutuhan, banyak warga yang harus meminta air ke warga lain yang masih memiliki persediaan. Hanya tidak bisa setiap hari. Sementara untuk permohonan droping dari Perusahaan Daerah Air Minum (PDAM) Klungkung, belum diusulkan.
Masyarakat juga belum ada membeli. “Untuk warga ada punya dua sampai tiga cubang. Beberapa warga ada yang minta air kepada warga yang masih punya. Tetapi ini hanya dua sampai tiga kali. Tidak berani kalau sering-sering,” jelasnya.
Sektor pariwisata di desa ini beberapa tahun belakangan semakin menggeliat. Sejumlah warga lokal yang memiliki modal dan lahan berkeinginan untuk membangun akomodasi. Hanya itu belum bisa terealisasi.
Lagi-lagi, kesulitan air menjadi penyebab. “Satu sisi sektor pariwisata digenjot semakin berkembang. Tetapi air jadi persoalan. Warga yang punya modal jadi tanggung untuk berbuat karena ini,” sebut Yudiadnyanawan.
Menangani persoalan ini, beberapa tahun lalu pemerintah telah memasang jaringan dari sumber air Guyangan, Desa Batukandik. Hanya langkah ini belum mendatangkan hasil maksimal. “Jaringan sudah melintasi tiga dari lima banjar. Tetapi airnya tidak ada. Masih angin-anginan,” ucapnya.
Direktur PDAM Klungkung, I Nyoman Renin Suyasa menyebutkan menyikapi kesulitan air, pihaknya siap melakukan droping menggunakan dua mobil tanki. Dengan catatan, ada permohonan dari masyarakat. “Kami sudah siapkan dua mobil tangki. Kalau ada yang mohon air, langsung di-droping,” tegasnya.
Selain Pejukutan, kesulitan air bersih juga kerap melanda Desa Sekartaji dan Tanglad. Paling lambat 2019, pemerintah pusat menargetkan program seratus persen layanan air bersih, nol persen lingkungan kumuh dan seratus persen sanitasi layak (100-0-100) bisa terealisasi.
Oleh sebab itu, tiga desa tersebut diupayakan bisa segera tertangani. Selain bisa memanfaatkan sumber air Guyangan dengan debit 179 liter per detik, Pemkab melalui Badan Perencanaan, Penelitian dan Pengembangan (Baperlitbang) juga telah mengusulkan untuk bisa mendapatkan program Penyedian Air Minum dan Sanitasi Berbasis Masyarakat (Pamsimas) ke Satuan Kerja Pengembangan Sistem Penyediaan Air Minum (PSPAM) Provinsi Bali. (Sosiawan/balipost)