Peternak babi di Tabanan sedang membersihkan kandang. (BP/Dokumen)

TABANAN, BALIPOST.com – Melemahnya rupiah terhadap dolar AS membuat kalangan peternak di Tabanan khawatir. Pasalnya, harga pakan tergantung dari harga rupiah terhadap dolar AS.

Jika rupiah melemah, dikhawatirkan harga pakan melonjak naik karena hampir sebagian besar bahan baku untuk pakan ternak masih impor. Salah seorang peternak Babi di Kabupaten Tabanan, Nyoman Ariadi, Minggu (1/4), mengungkapkan meski belum ada informasi kenaikan harga pakan, kondisi melemahnya Rupiah yang saat ini sudah menyentuh Rp 13.413 ditakutkan berdampak pada kenaikan harga pakan.

Was-wasnya peternak ini bukan tanpa alasan. Sebab dari pengalaman sebelumnya, setiap terjadi pelemahan rupiah, selalu terjadi kenaikan harga pakan. “Saat ini memang belum ada informasi lonjakan harga dari produsen. Namun, tetap was-was karena pengalaman serupa saat pelemahan rupiah berimbas pada harga pakan,” tuturnya.

Baca juga:  Budaya Baca Rendah, Perlu Upaya Tingkatkan Minat Generasi Muda

Menurut Ariadi, rentannya harga pakan disebabkan hampir sebagian besar bahan baku pakan tersebut masih bergantung dari impor. Ketika, Rupiah melemah, tentunya itu akan membuat harga bahan baku yang dibeli pihak pabrik menjadi lebih mahal dan akhirnya dijual dengan harga lebih tinggi dari sebelumnya.

Mengenai harga terkini, lanjut Ariadi, masih stabil. Untuk pakan jadi berkisar di harga Rp 410 ribu per sak atau Rp 8.200 per kg.

Baca juga:  Ekspor Indonesia Agustus 2024 Tercatat 23,56 Miliar Dolar AS

Sambungnya, meski merasa was-was, pihak peternak tidak bisa berbuat banyak apabila memang nantinya akan terjadi lonjakan harga pakan oleh pabrik. Namun menurut Ariadi ada langkah alternatif yang bisa dilakukan.

Bagi peternak babi seperti dirinya, langkah alternatif tersebut adalah beralih memanfaatkan sumber pakan alami, seperti batang pohon pisang maupun limbah makanan rumah tangga. “Langkah ini bisa juga dilakukan dengan mencampur pakan alami dengan pakan pabrikan,” ujarnya.

Baca juga:  Dorong Kebangkitan Ekonomi dengan Perdagangan Internasional, BRI Gelar Hedging School 2021

Meski perlakuan tersebut nantinya berimbas pada kualitas produksi babi yang dihasilkan, namun langkah tersebut cukup efektif untuk bertahan dalam pengembangan usaha ternak babi. Di sisi lain, tambahnya, bila pakan naik akan membuat kalangan peternak menjual ternaknya karena tidak bisa melakukan pemeliharaan dalam jangka waktu lama.

Kondisi ini berpeluang menurunkan harga babi di pasaran. “Saat ini harga babi ditingkat peternak masih stabil dikisaran Rp 26 ribu-Rp 28 ribu per kg, tergantung kualitas ternak,” tandasnya. (Wira Sanjiwani/balipost)

BAGIKAN

TINGGALKAN BALASAN

Please enter your comment!
Please enter your name here

CAPCHA *