Lahan pertanian di Mengwi, Badung. (BP/dok)

DENPASAR, BALIPOST.com – Kinerja pertanian mengalami penurunan yang signifikan pada triwulan IV 2017 yaitu – 1,37 persen. Lebih rendah bila dibandingkan triwulan sebelumnya yang tumbuh sebesar 4,05 persen.

Namun secara keseluruhan tahun 2017, kinerja pertanian hanya tumbuh 2,88 persen. Lebih rendah dari tahun 2016 yang tumbuh 3,55 persen.

Menurut Deputi Kepala Bank Indonesia (BI) Kantor Perwakilan Provinsi Bali Azka Subhan, meski triwulan IV 2017 kinerja pertanian buruk, namun triwulan I 2018 diprediksi nilai saldo bersih tertimbang (SBT) berdasarkan survei kegiatan dunia usaha (SKDU) tumbuh 14,17 persen.

Baca juga:  Tantangan Ekonomi Makin Besar

Prediksi ini lebih tinggi dibandingkan triwulan IV 2017 yang sebesar -12,82 persen. Ia mengatakan, penurunan kinerja pertanian yang tumbuh negatif pada triwulan IV 2017 disebabkan oleh penurunan produksi komoditas hortikultura. Hal itu akibat peningkatan frekuensi curah hujan hingga menyebabkan hasil produksi membusuk.

Selain itu, strategi penurunan day old chick (DOC) untuk meningkatkan harga jual ayam juga ikut menjadi faktor pendorong penurunan kinerja lapangan usaha pertanian. Produksi komoditas tanaman bahan makanan (tabama) yang menurun juga menjadi faktor yang menyebabkan kinerja pertanian menurun. Penurunan komoditas tersebut disebabkan oleh penurunan luas panen sebesar 14,32 persen (yoy) atau tercatat 37.740 hektar.

Baca juga:  2018, Ekonomi Bali Diproyeksi Tumbuh 6,4 Persen

Produksi padi pada triwulan IV 2017 tercatat sebesar 236 ribu ton gabah kering giling (GKG) atau menurun sebesar 15,56 persen (yoy). Namun produksi ini lebih tinggi dibandingkan dengan triwulan sebelumnya yang sebesar 7,40 persen (yoy) atau dengan produksi 178 ribu ton GKG.

Sementara itu pada triwulan I 2018, kinerja pertanian diprediksi meningkat karena didukung oleh kondisi cuaca dan masuknya musim panen pertama untuk komoditas tabama.

Dinas Pertanian dan Tanaman Pangan Provinsi Bali memperkirakan tingkat produksi padi pada triwulan I 2018 mencapai 158 ribu ton GKG. Angka produksi ini menurun 7,62 persen (yoy). Beberapa upaya dalam mendorong peningkatan produksi, baik melalui ekstensifikasi dan intensifikasi pertanian. Yaitu pemberian bantuan sarana produksi pertanian, masuknya periode produksi komoditas tabama pada periode I 2018. Selain itu waduk Titab juga mulai beroperasi setelah tahun 2017 masih memperbaiki struktur dan pengisian waduk.

Baca juga:  Waspada Second Wave, Bali Harus Mempersiapkan Diri

Pelaksanaan program peningkatan produksi ternak melalui program sapi induk wajib bunting (siwab) juga berpotensi mendorong peningkatan kinerja pertanian pada triwulan I 2018. (Citta Maya/balipost)

BAGIKAN

TINGGALKAN BALASAN

Please enter your comment!
Please enter your name here

CAPCHA *