TABANAN, BALIPOST.com – Meski memasuki musim panen raya, harga beras di Tabanan maupun Bali pada umumnya tidak menunjukkan tanda-tanda mendekati harga HET (Harga Eceran Tertinggi) yang ditetapkan pemerintah. Dari data terakhir, harga beras medium di Tabanan masih melampaui HET yang dipatok Rp 9.450 dengan kisaran Rp 9.800.
Kepala Dinas Ketahanan Pangan Tabanan, Ketut Warsiki, Senin (2/4) mengatakan dari pemantauan di lapangan, harga beras di Bali pada umumnya masih di atas HET. Hal ini dikarenakan harga beli gabah di petani juga berada jauh di atas HPP (Harga Pokok Pemerintah).
Menurutnya pemerintah menentukan harga HPP gabah sebesar Rp 3.750 per kilogram. Sementara Bali secara umum harga gabahnya rata-rata Rp 5.000 per kilogram. “Berbeda dengan di luar Bali dimana harga gabahnya tidak begitu jauh bedanya denga HPP. Ada yang Rp 4.000 per kilogram bahkan ada yang Rp 3.000 per kilogram. Untuk di Bali rata-rata Rp 5.000 per kilogramnya,” ujar Warsiki.
Harga jual gabah yang di atas HPP ini, lanjut Warsiki, menyebabkan harga jual beras medium di pasaran juga menjadi lebih mahal dan berada di atas harga HET. Meski pihaknya tidak bisa mengendalikan harga pasar, namun pemerintah melalui Dinas Ketahanan Pangan mengambil langkah untuk menyediakan beras medium berharga terjangkau bagi masyarakat. “Intinya kami membuat program agar jangan sampai masyarakat kesusahan atau tidak bisa membeli beras,” ujarnya.
Menurut Warsiki program Lembaga Usaha Pangan Masyarakat (LUPM) ini sebenarnya sudah berjalan sejak 2016. Pada tahun tersebut Tabanan mendapatkan satu LUPM. Namun Tahun 2018 jumlah LUPM yang didapatkan Tabanan sebanyak tiga LUPM.
Adapun proses penyediaan beras medium dengan harga sesuai HET masing-masing LUPM dilaksanakan oleh Gapoktan (Gabungan Kelompok Tani). Untuk Tabanan ada di Desa Bongan, Desa Bengkel dan Desa Mambang. Total TTI (Toko Tani Indonesia) yang dibawahi oleh tiga Gapoktan ini sebanyak 16 TTI, masing-masing Gapoktan di Desa Mambang (3 TTI), Gapoktan di Desa Bengkel (3 TTI) dan Gapoktan di Desa Bongan (8 TTI).
Dalam memenuhi beras medium dengan harga sesuai HET atau dibawah harga pasar, masing-masing Gapoktan yang mendapatkan program LUPM diberikan bantuan dana sebesar Rp 160 juta oleh pemerintah pusat. Dana ini, sebesar Rp 100 juta dialokasikan untuk membeli gabah dan Rp 60 juta untuk operasional, seperti transportasi pengangkutan gabah, pengepakan, sampai pengantaran beras dari Gapoktan ke TTI.
Keuntungan Gapoktan menurutnya didapat dari menjual dedak maupun sekam yang merupakan sisa dari pengolahan gabah. “Sebab tujuan dari program ini adalah memberikan harga beras terjangkau untuk masyarakat. Jadi keuntungannya memang tidak banyak. Keuntungan bisa didapat dari produk sampingan pengolahan gabah seperti sekam dan dedak,” imbuh Warsiki. (Wira Sanjiwani/balipost)