AMLAPURA, BALIPOST.com – Setelah Lapangan Candrabhuana Amlapura berubah jadi Taman Budaya, tempat tersebut belakangan makin ramai didatangi warga. Mereka ada yang sekadar beristirahat maupun berolahraga saat pagi dan sore hari.
Sayangnya, tempat yang sudah tertata rapi dan indah itu, minim fasilitas umum (fasum). Kalau pun ada, justru tak bisa dimanfaatkan. Kondisi ini pun dikeluhkan para pengunjung.
Taman Budaya Candrabhuana ini, dengan anggaran awal dari pusat sebesar Rp 4,1 miliar. Anggaran tersebut diperoleh dari bantuan JKPI (Jaringan Kota Pusaka Indonesia), karena Karangasem masuk dalam 10 besar Kota Pusaka terbaik di Indonesia.
Bantuan ini diberikan dengan catatan, seni budaya di Karangasem sebesar-besarnya mampu diperankan untuk kesejahteraan masyarakat Karangasem. Proses pembangunannya sudah dilakukan sejak tahun 2016 lalu, sehingga hasilnya sudah bisa dinikmati sekarang, meski belum rampung 100 persen.
Soal fasum, kalau pun ada tetapi belum bisa dimanfaatkan. Seperti toilet. “Namanya Taman Budaya, banyak orang datang berkunjung. Yang olahraga beli air susah. Yang sekadar berkunjung, mau ke toilet, toiletnya digembok,” kata salah satu pengunjung, Gede Widiaguna, Rabu (4/4).
Ia menilai semestinya pengelola Taman Budaya ini, melihat kebutuhan pengunjung. Tempat rekreasi, seharusnya tidak mengabaikan aspek-aspek prinsip seperti fasum.
Tidak hanya itu, tempat pasirnya juga kurang dalam. Kebun-kebunnya juga tak terawat. Demikian juga lampu penerangan di lokasi yang sangat minim.
Sehingga, timbul kesan tempat ini dimanfaatkan untuk hal-hal yang tidak patut, saat malam hari. “Tempatnya sudah bagus. Cuma, kurang penataan dan sarana pendukung. Mestinya pengelolanya tahu, apa yang dibutuhkan kalau orang datang. Selain toilet, kios-kios kecil yang menjual kebutuhan dasar pengunjung juga diperlukan. Bukan lapak-lapak darurat, seperti yang di sebelah parkir itu. Kesannya tidak pas dengan Taman Budaya,” imbuh pengunjung lainnya, Ketut Indra.
Kepala Dinas Kebudayaan Karangasem I Putu Arnawa, belum lama ini, mengakui Taman Budaya saat ini masih banyak kekurangan. Dia juga belum bisa melakukan penataan, karena Taman Budaya ini belum diserahterimakan secara penuh.
Taman Budaya ini adalah proyek jangka panjang yang pengerjaannya akan terus berlanjut hingga 2019. Taman Budaya sebelumnya memang sudah diserahterimakan oleh pihak pimpro (pimpinan proyek) kepada Dinas Kebudayaan (Disbud) Karangasem. Namun, serah terima yang dimaksud bukan serah terima asetnya, melainkan serah terima pemeliharaan.
Tujuannya, sambil jalan aspek yang sudah selesai dibangun, bisa dimanfaatkan. “Kekurangannya memang banyak. Tapi, kami sendiri belum bisa bertindak karena serah terima secara penuh belum dilakukan,” katanya.
Untuk pengerjaan tahun 2018 dan 2019, Arnawa mengatakan masih ada beberapa penambahan proyek fisik lagi, seperti rencana akan dibangunnya museum lontar di sisi barat taman budaya ini dan penambahan beberapa fasilitas pendukung taman budaya. “Ini bagian dari program kota pusaka, selain fisik bangunan, juga harus ada sarana pendukung yang menunjukkan ini kota pusaka. Salah satunya, museum lontar ini maupun event budaya di tempat ini nanti. HUT Kota Amlapura tahun ini juga kami rancang di Taman Budaya,” katanya.
Taman Budaya ini sebagai bagian dari proyek penataan kota pusaka yang dipusatkan di Lapangan Candra Buana, Amlapura. Proyek ini dikerjakan dari pihak Kementrian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat. Proyek ini mengubah total lapangan Candrabuana, dari awalnya lapangan olahraga jadi Taman budaya. (Bagiarta/balipost)