SEMARAPURA, BALIPOST.com – Program mina padi diharapkan Pemkab Klungkung dapat diterapkan petani. Namun hal tersebut sulit terealisasi. Berkurangnya debit air yang menjadi salah satu penyebab. Demikian disampaikan Kepala Dinas Ketahanan Pangan dan Perikanan Klungkung, I Wayan Durma, Minggu (8/4).
Pejabat asal Nusa Penida ini mengatakan budidaya ikan dengan pola ini harus didukung air yang mengalir secara terus menerus. Bahkan, debitnya harus stabil. Jika melihat perkembangan beberapa tahun belakangan, terjadi perubahan.
Penggarapan lahan pertanian mulai menggunakan sistem bergilir atau sorog. Hal ini mengharuskan ada lahan mengering dan ditanami komoditas lain. “Karena pola tanam padi dengan bergilir, secara otomatis mina padi tidak bisa berjalan. Petani jadinya tidak melirik,” ungkapnya.
Disampaikan lebih lanjut, minimnya animo untuk menerapkan program itu juga akibat faktor keamanan. Pasalnya, ikan yang telah memasuki panen berpotensi di gasak maling. “Ini juga menjadi penyebab,” sebutnya.
Sejatinya, pemkab sangat menginginkan produksi perikanan air tawar terus meningkat. “Sekarang yang ada baru percontohan lele. Kalau untuk mina padi, biasanya ikan nila atau gurami,” sebut Durma.
Sejatinya, kata dia prospek ikan tawar di pasaran sangat bagus. Jika mina padi bisa dikembangkan, tentu akan bisa memberikan penghasilan tambahan untuk petani yang berujung pada peningkatan kesejahteraan.
“Pasarnya (ikan-red) sangat bagus. Buktinya ikan banyak didatangkan dari luar. Kami sebenarnya sangat ingin mengembangkan ini. Tetapi air yang masih jadi kendala. Upaya menumbuhkan konsumsi ikan juga terus digenjot. Salah satunya melalui Gemarikan,” jelasnya.
Namun demikian, pejabat berperawakan sedang ini menyatakan pemkab telah menyediakan benik ikan untuk mendukung program tersebut. Jika sewaktu-waktu ada permintaan dari petani, bisa langsung terpenuhi. “Bibit tetap berproduksi. Itu ada dijual. Ada juga untukrestocking,” tandasnya. (sosiawan/balipost)