Gunung Agung. (BP/dok)

AMLAPURA, BALIPOST.com – Secara visual, aktivitas vulkanik Gunung Agung cenderung mengalami penurunan meskipun hampir setiap hari masih terjadi hembusan. Pihak Pos Pengamatan Rendang bahkan menyatakan sejak tiga bulan terakhir, dari sisi deformasi terus mengalami penurunan. Belakangan alat seismik bahkan lebih banyak merekam hembusan daripada gempa.

Dalam Vulcanoindonesia disebutkan, deformasi dari tubuh gunung api dapat berupa penaikan permukaan tanah (inflasi) ataupun penurunan permukaan tanah (deflasi). Deformasi yang berupa inflasi umumnya terjadi karena proses gerakan magma ke permukaan yang menekan permukaan tanah di atasnya.

Baca juga:  Pencarian WN Amerika Diperluas

Dalam hal ini deformasi yang maksimal biasanya teramati tidak lama sebelum letusan, sedangkan deformasi berupa deflasi umumnya terjadi selama atau sesudah masa letusan. Pada saat itu tekanan magma di dalam tubuh gunungapi telah melemah.

Pada saat itu permukaan tanah cenderung kembali ke posisinya semula. Gejala deformasi gunungapi akan menyebabkan pergeseran posisi suatu titik di tubuh gunungapi. Pergeseran posisi tersebut dapat terjadi baik dalam arah horisontal maupun vertikal.

Baca juga:  Pinandita Diminta Mampu Lahirkan Umat Berkualitas

Salah seorang petugas jaga Pos Pengamatan Rendang, Nurul Husaeni, Sabtu (7/4), mengatakan, aktivitas vulkanik Gunung Agung masih terjadi namun bersifat fluktuatif. Masih terekamnya gempa menandakan pasokan magma masih berlangsung namun volume dan intensitasnya kecil. Dalam kondisi seperti itu, potensi erupsi masih ada sehingga warga diharapkan tetap menjaga kewaspadaan.

Nurul Husaeni juga minta masyarakat tetap tenang karena saat ini aktivitas Gunung Agung cenderung menurun meskipun beberapa hari lalu sempat terjadi erupsi dengan semburan asap kelabu mencapai 500 meter. Menurut dia, erupsi pada status siaga biasa terjadi, yang pasti erupsi tempo hari tidak disertai gempa tremor.

Baca juga:  Pascadua Kali Erupsi, Status Gunung Agung Tetap Level III

Tidak adanya tremor menandakan tidak terjadi aliram mangma dari bawah secara terus-menerus. “Jika ada aliran magma terus menerus maka akan terjadi tremor. Pada erupsi baru lalu, tidak terekam tremor,” jelasnya. (kmb/balipost)

BAGIKAN

TINGGALKAN BALASAN

Please enter your comment!
Please enter your name here

CAPCHA *