Penjual di pasar tradisional menjajakan daging ayam ras. Salah satu penyebab inflasi adalah harga ayam ras. (BP/dok)

BANGLI, BALIPOST.com – Sejak beberapa hari belakangan ini harga daging ayam di Pasar Tradisional Kidul, Bangli melambung. Kondisi itu dipicu minimnya pasokan daging lantaran banyak ayam milik peternak mati akibat terserang penyakit. Kondisi itu membuat pangan mengeluh lantaran daging yang dijual sepi pembeli. Hal itu diungkapkan salah seorang pedagang dading ayam di Pasar Kidul, Bangli, Ni Made Jelih, Selasa (10/4).

Menurut Jelih, melambungnya harga ayam mulai terjadi sejak beberapa hari belakangan ini. Kata dia, naiknya harga ayam di pasaran dipicu banyak ayam milik peternak mati akibat diserang penyakit. Kondisi itu, membuat hasil panen ayam peternak menjadi menurun drastis.

Baca juga:  Sosialisasi Dana Desa dan Bantuan Hibah, Ini Permintaan Wabup Kasta

“Naiknya harga daging sampai 25 persen. Jika sebelumnya, harga ayam Rp 30 per kg, kini naik menjadi Rp 35-37 ribu,”ucapnya.

Naiknya harga daging, kata Jineh membuat pasokan dading ke pasar mengalami menurun. Disamping itu, daya beli daging juga menjadi menurun karena sepi pembeli. “Kalau saat harga daging normal pembeli cukup banyak. Tapi semenjak harga naik, pebeli semakin menurun,” jelasnya.

Lebih lanjut dikatakannya, pihaknya berharap harga dading secepatnya kembali normal. Dengan begitu, daya beli dading ayam bisa kembali seperti sebelumnya. “Semoga harga daging bisa segara turun,” harap Jineh

Baca juga:  Cacing Menjadi Alternatif Pakan Alami Bagi Budidaya Ikan Lele

Sementara pengunjung pasar Ni Wayan Arya membenarkan jika harga dading ayam belakangan ini mengalami peningkatan. Jelas dia, naiknya harga dading itu membuat dirinya lebih sedikit membeli daging ayam. “Kalau sebelumnya saya biasanya beli dading 1 kg. Tapi sekarang hanya membeli setenga kg saja karena harganay mahal,” ucapnya. (eka prananda/balipost)

BAGIKAN

TINGGALKAN BALASAN

Please enter your comment!
Please enter your name here

CAPCHA *