Suasana KPU Klungkung mengumumkan LHKPN Paslon Pilkada, Selasa (10/4). (BP/sos)

SEMARAPURA, BALIPOST.com – Laporan Harta Kekayaan Penyelenggara Negara (LHKPN) Pasangan Calon bupati-wakil bupati Klungkung diumumkan Komisi Pemilihan Umum (KPU) Klungkung, Selasa (10/4). Cabup Tjokorda Bagus Oka menduduki posisi paling miskin dan pasangannya, I Ketut Mandia paling kaya.

Dari laporan yang dikeluarkan Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK), Tjokorda Bagus Oka memiliki harta Rp 610.504.959 yang terdiri dari alat transportasi dan mesin, harta bergerak lainnya, kas dan setara kas. Angka ini turun dari Pilkada 2013 saat maju sebagai cabup, sebesar Rp 1.279.241.000. Sementara untuk Ketut Mandia mencapai Rp 2.048.965.553.

Baca juga:  Begini, Proyeksi Ketersediaan Pangan Bali Hingga Akhir Tahun 2020

Kekayaan politisi PDI-P asal Desa Pikat, Kecamatan Dawan ini terdiri dari, tanah dan bangunan harta bergerak lainnya, kas dan setara kas.

Harta kekayaan pasangan I Nyoman Suwirta- I Made Kasta (Suwasta) nyaris sama. Suwirta, Rp 1.727.454.403 terdiri dari tanah dan bangunan harta bergerak lainnya, kas dan setara kas. Turun dari Pilkada 2013 sebesar Rp 1.775.588.914. Cawabup Kasta Rp 1.636.484.122, meningkat dari sebelumnya yang hanya Rp 1.036.264.863.

Baca juga:  Polda Gerebek Rumah Jalan Tukad Badung

Ketua KPU Klungkung, I Made Kariada menyampaikan sesuai aturan pengumuman harta kekayaan dilakukan langsung oleh kandidat. “Sekarang KPU yang mengumumkan karena sudah mendapat kuasa dari kandidat,” ungkapnya.

Tjokorda Bagus Oka menegaskan kekayaannya sudah disampaikan apa adanya. Itu didapatkan dari jerih payahnya saat menjadi dosen. Ia menegaskan, maju dalam pertarungan politik itu bukan untuk mencari kekayaan. Namun murni untuk berkontribusi dalam pembangunan daerah. “Itulah kekayaan saya. Biar masyarakat tahu,” tegasnya.

Baca juga:  Ditangkap Lagi, Remaja Residivis Spesialis Pencurian Sepeda Gayung

Berbeda dengan pernyataan Cawabup I Made Kasta. Peningkatan harta kekayaannya karena beberapa tahun belakangan pengeluaran untuk keluarganya sudah semakin berkurang. “Dulu anak kuliah perlu biaya. Sekarang tidak lagi. Itu salah satunya membuat meningkat,” tandasnya. (sosiawan/balipost)

BAGIKAN

TINGGALKAN BALASAN

Please enter your comment!
Please enter your name here

CAPCHA *