Hasil panen bawang putih lokal di Desa Babahan Penebel. (BP/san)

TABANAN, BALIPOST.com – Sektor pertanian di Desa Babahan, Penebel, Tabanan selain tanaman padi juga dikenal dengan bawang putih. Sayangnya, bawang putih lokal atau bawang putih Bali yang sempat menjadi salah satu unggulan produk pertanian di desa ini akhirnya memudar karena kalah saing dengan bawang putih import.

Menurut Perbekel Babahan, I Made Sukapariana, era tahun 1982 bawang putih lokal sempat menjadi salah satu produk unggulan desa yang menopang ekonomi masyarakat saat itu. Tetapi masuknya bawang putih import menjadikan bawang putih lokal kalah bersaing dipasaran.

’’Selain itu juga tingginya biaya produksi dan perubahan pola tanam menjadi permasalahan bagi petani, sehingga mereka perlahan tidak tertarik lagi menanam bawang putih. Saat ini hanya petani yang masih fanatik menanam bawang putih lokal disetiap musim tanam setelah panen padi tahun atau padi Bali, ’’ jelasnya, Kamis (12/4).

Baca juga:  Harga Melambung, Bawang Putih Capai Rp 45 Ribu Per Kilo

Sekarang sangat jarang ditemukan daerah yang menanam bawang putih lokal. Karena keberadaannya yang terbatas, harga bawang putih lokal jauh lebih mahal dibandingkan bawang putih import. Saat ini harga bawang putih lokal Rp 60.000 hingga Rp 80.000 per kilo, sementara bawang putih impor Rp 25.000 hingga Rp 30.000 per kilo.

Untuk mengembalikan kejayaan Desa Babahan sebagai desa penghasil bawang putih lokal, Pemeritah Desa Babahan sejak tahun 2016 mensosialisasikan program penanaman padi lokal atau padi tahun dan bawang putih lokal. Dan, tahun 2018 juga meminta program penanaman lewat Dirjen Hortikultura pusat untuk penanaman bawang putih lokal seluas 100 hektar.

Baca juga:  Refocusing Anggaran, Petani Batal Dapat Benih Bawang Putih

‘’Kami meminta bantuan program ke Dirjen Hortikultura untuk penanaman bawang putih lokal seluas 100 hektar. Rencananya  akan ditanam di Subak Aya Babahan,’’ ujar Sukapariana.

Menurutnya program ini sedang dibahas di Jakarta oleh Dinas Pertanian dan Hortikultura Tabanan. Jika hal tersebut terealisasi lanjut Sukapariana diharapkan pada penanaman 100 hektar nanti dalam setahun penanaman atau pada tahun 2019, pihak petani sudah mampu melakukan suplay bibit sebanyak 20 persen dari hasil panen. ‘’Program ini diharapkan bisa kontinyu dan petani secara mandiri mengembangkan bibit dan menanam bawang putih,’’ ujarnya.

Baca juga:  Harga Tomat dan Bawang Merah Naik Signifikan, Ada Apa?

Dengan adanya program ini diharapkan bisa meningkatkan produksi bawang putih dan mampu memenuhi kebutuhan masyarakat serta kebutuhan produksi unggulan Desa Babahan yang saat ini mengembangkan produk Black Garlic. (wira sanjiwani/balipost)

BAGIKAN

TINGGALKAN BALASAN

Please enter your comment!
Please enter your name here

CAPCHA *