MANADO, BALIPOST.com – Sebagai daerah kepulauan Sulawesi Utara memiliki potensi kelautan sangat besar, baik potensi perikanan maupun potensi pariwisatanya. Sayangnya, potensi ini belum tergarap dengan baik. Persoalan tersebut mengemuka dalam diskusi dengan tema “Menggali Potensi Kelautan Nasional” di Manado, Sulawesi Utara, Jumat (13/4).

Provinsi yang masuk dalam wilayah Indonesia tengah (Wita) ini masuk dalam kategori daerah kepulauan. Diskusi dibuka Wakil Ketua MPR RI Ahmad Muzani. Sedangkan pembicara yang hadir antara lain Kepala Badan Pembangunan Daerah (Bappeda) Provinsi Sulawesi Utara Dr. Ir. Ricky Toemandoek, Ayub Khan (Fraksi Demokrat), Andi Akmal Pasluddin (PKS), Yanuar Prihatin (PKB), Abdurrahman Abubakar Bahmid (kelompok DPD).

Wakil Ketua MPR Ahmad Muzani mengatakan dari beberapa kunjungannya ke wilayah paling utara di Pulau Sulawesi ini serta temuan-temuan yang ada, potensi maritim di Sulawesi Utara sangat besar namun belum ada identifikasi, belum terkoordinasi dengan pemerintah pusat serta kesiapan daerah dalam mendukung pariwisata. “Identifikasi menjadi hal sangat penting. Dan, identifikasi ini belum kita dapatkan di Manado,” kata Muzani.

Baca juga:  Pengelolaan Pariwisata Nusa Penida Disoroti, Konsep "One Gate One Destination" Harus Segera Realisasi

Padahal, identifikasi menjadi hal penting karena berkaitan dengan jati diri daerah untuk dikenal luas masyarakat domestik maupun internasional ketika mendengar sebuah nama dan nama daerahnya. “Tiap Sabtu dan Minggu itu, wilayah Puncak di Bogor selalu dipadati masyarakat Jakarta dan daerah sekitarnya. Itu karena daerah Puncak diidentikkan dengan kenyamanan berlibur paling murah dan dekat dengan orang Jakarta. Lalu Kota Bandung juga melakukan hal sama, ada sejumlah potensi yang diidentikkan dengan daerah tersebut yang membuat orang Jakarta selalu ingin ke sana,” kata Muzani.

Hal berupaya sama juga menjadi strategi Malaysia dalam mendongkrak promosi wisatanya. Salah satu strategi negara jiran Indonesia itu, saat ini adalah sedang membumikan nama buah durian yang identik dengan negaranya. “Orang Malaysia terus mengenalkan image Durian Musang King sebagai durian terbaik dengan menyebut masyarakat Indonesia selalu berduyun-duyun ke Malaysia untuk menikmati Durian Musang King,” ungkapnya.

Baca juga:  Disebut "Lempar Batu Sembunyi Tangan," Juliari Batubara Divonis Lebih dari Tuntutan

Kepala Badan Oembangunan Daerah (Bappeda) Provinsi Sulawesi Utara Dr. Ir. Ricky Toemandoek mengakui daerahnya memiliki potensi besar dalam bidang kelautan terutama dari sisi pariwisata. Namun potensi itu masih terkendala sumber daya manusia dan infrastruktur.

Ricky mengungkapkam Sulut memiliki potensi pariwisata dari kelautan. Namun potensi besar pariwisata itu terkendala dengan keterbatasan pelayanan imigrasi. Menurut Ricky, setiap pesawat dari Cina membawa 200 wisatawan. Tapi hanya dilayani enam orang petugas imigrasi. “Kalau ada beberapa kali penerbangan dari Cina, petugas imigrasi kita kewalahan,” ujarnya.

Karena itu, lanjut Ricky, Gubernur Sulut meminta untuk membatasi wisatawan dari Cina sebelum ada penambahan petugas imigrasi. Kendala lainnya, Ricky menyebutkan apron di Bandara Sam Ratulangi Manado selalu penuh pesawat yang parkir setiap malam. “Pesawat terpaksa harus parkir di Gorontalo,” tuturnya.

Baca juga:  Pemda Diingatkan Bersiap Inflasi Lebih Tinggi

“Kita sedang merencanakan pembagunan bandara alternatif di Bitung. Landasan bisa mencapai 4.000 meter. Pembangunan bandara alternatif ini sudah ditawarkan ke pemerintah Cina,” ucapnya.

Anggota MPR Yanuar Prihatin melihat keluhan dari Kepala Bappeda Sulut menunjukkan pemerintah tidak memiliki visi wisata yang kuat. Ketika turis membludak justru dibatasi karena kekurangan petugas imigrasi. “Kita tidak menyiapkan diri menjadi bangsa yang unggul dalam pariwisata. Kita kehilangan visi tentang pariwisata,” katanya.

Yanuar mencontohkan Perancis setiap tahun ada sekitar 90 juta wisatawan. Indonesia hanya 9 juta wisatawan setiap tahun. Thailand bisa mendapatkan 300 triliun dari pariwisata seandainya setiap wisatawan mengeluarkan Rp 10 juta. “Kita tidak punya visi yang besar tentang pariwisata,” ucapnya. (Hardianto/balipost)

BAGIKAN

TINGGALKAN BALASAN

Please enter your comment!
Please enter your name here

CAPCHA *