Aktivitas tambang emas di Gunung Tumpangpitu, Pesanggaran, Banyuwangi, Sabtu (14/5). (BP/udi)

BANYUWANGI, BALIPOST.com – Produksi tambang emas di Gunung Tumpangpitu, Kecamatan Pesanggaran, Banyuwangi, sudah berjalan setahun. Hasilnya, tambang emas swasta ini mampu memproduksi hingga 4 juta ton bijih emas dan perak.

Selain dua logam mulia ini, pertambangan tersebut juga mengandung tembaga. Diperkirakan cadangan mineral di pegunungan Tumpangpitu ini mencapai 1,9 miliar ton. Dari jumlah ini, terdapat 8,7 juta ton tembaga dan 28 juta ton batuan emas.

Tambang emas Tumpangpitu menggunakan sistem open pit atau penambangan terbuka. Kawasan obyek nasional ini hanya memproduksi bulion alias emas dan perak batangan.  “Hingga akhir 2017, sejak tahun pertama produksi, kita berhasil memproduksi 3,3 juta ton batuan biji emas dan perak atau ore. Jika dirata-rata perbulan tambang milik PT Bumi Suksindo (BSI) ini tembus 270.000 ton ore,” kata Agus Purwanto, Manager Geologis tambang emas Tumpangpitu di sela media visit, Sabtu (14/4).

Baca juga:  Tren Kenaikan Tambahan Kasus COVID-19 Nasional Terjadi

Dijelaskan, total lahan yang sudah ditambang sekitar 10 – 15 hektar, terbagi dalam 3 pit atau lubang tambang. Ditargetkan, setiap tahun mampu memproduksi hingga 6 juta ton batuan biji emas dan perak. “Kita jadwalkan ada lima pit. Ini baru produksi tahun pertama, selanjutnya akan kita tambah,” jelasnya didampingi Manager Affair Mufizar Machmud.

Menurut Agus, proses produksi emas di Tumpangpitu menggunakan sistem terbuka. Prosesnya, lokasi tambang diledakkan. Material diangkut menggunakan armada truk berkapasitas 30 ton. Kemudian, material dihancurkan hingga ukuran kecil. Setelah itu, batuan biji disiram dengan cairan sianida.

Baca juga:  Ini, Jadwal Pembukaan Kembali Candi Prambanan

Proses ini dikenal dengan heap leach. Resapan sianida ini kemudian diproses dengan cara khusus, dikeraskan. Lalu, diakhiri dengan proses pembakaran, menjadi bulion. “Bulion ini kita kirim ke logam mulia untuk dipisahkan menjadi emas dan perak murni,” jelas Agus.

Penambangan terbuka ini diklaim aman. Sebab, resapan sianida tak dibuang langsung ke laut. Namun, ditampung dalam sebuah bendungan. Air ini yang digunakan berulang-ulang mengolah batuan biji emas.

Baca juga:  Hingga Maret, Penumpang Bandara Ngurah Rai Naik 7 Persen

Sementara itu, menurut Mufizar, tambang emas Tumpangpitu menggunakan lahan seluas 9902 hektar. Dari tambang ini diklaim mempekerjakan hampir 1500 orang. Hanya 1 persen tenaga asing. (Budi Wiriyanto/balipost)

BAGIKAN

TINGGALKAN BALASAN

Please enter your comment!
Please enter your name here

CAPCHA *