DENPASAR, BALIPOST.com – Pada era digital seperti sekarang ini, keberadaan energi listrik tentunya menjadi kebutuhan pokok bagi masyarakat. Hal ini karena hampir sebagian besar aktivitas manusia ditunjang oleh listrik mulai dari memasak hingga hiburan.

Dengan demikian elektrifikasi tentunya menjadi suatu hal yang perlu digencarkan pada saat ini. Deputi Manajer Komunikasi dan Bina Lingkungan PLN Dsitribusi Bali I Gusti Ketut Putra menjelaskan, PT PLN Distribusi Bali mencatat rasio elektrifikasi telah mencapai 94,53 persen hingga Juli 2017 dengan target 98,31 persen pada akhir Desember nanti.

Jumlah kepala keluarga (KK) di Bali mencapai 1.114.302. Dikatakannya berdasarkan data per Juli 2017 sebanyak 1.056.949 KK telah teraliri listrik. Terdiri dari 1.053.364 KK adalah pelanggan PLN, serta sebanyak 3.585 pelanggan non PLN yang mendapatkan daya listrik dari PLTS.

Sementara target yang ingin dicapai hingga Juli 2017 yaitu total pelanggan yang teraliri listrik sebanyak 1.069.062 KK yang terdiri dari 1.065.742 KK pelanggan PLN dan 3.320 pelanggan non PLN. “Dan jika dicari persentasenya maka pelanggan rumah tangga murni PLN hingga Juli 2017 telah teraliri listrik yaitu mencapai 94.53 persen dan secara keseluruhan elektrifikasi baik pelanggan PLN dan non PLN adalah mencapai 94,85 persen,” ujarnya.

Baca juga:  Dicekoki Arak, Turis Amerika Diperkosa

Secara rinci persentase elektrifikasi di Bali paling rendah terjadi di Kabupaten Bangli yang hanya 80,68 persen, selanjutnya Kabupaten Bangli 85,91 persen dan Kota Denpasar 85,91 persen. Kemudian terendah keempat yaitu di Kabupaten Jembrana mencapai 89,80 persen, dilanjutkan Kabupaten Buleleng yaitu 92,84 persen, kemudian Kabupaten Klungkung 97,52 persen dan Kabupaten Badung sebanyak 104,13 persen.

Sementara eletrifikasi tertinggi kedua terjadi di Kabupaten Tabanan yaitu mencapai 108,24 persen dan yang tertinggi yaitu di wilayah Kabupaten Gianyar yang mencapai 109,60 persen. Beberapa faktor yang menyebabkan rendahnya elektrifikasi di beberapa wilayah seperti Bangli dan Karangasem dikarenakan banyaknya penduduk yang dalam satu pekarangan terdiri dari 3-4 KK hanya menggunakan 1 listrik PLN.

Selain itu banyaknya penduduk dengan KTP domisili daerah setempat, namun tinggal di Kota Denpasar dan Badung. Serta faktor kecil yang menyebabkan didaerah tersebut elektrifikasi rendah yaitu terjadi karena rumah warga berada di pelosok sehingga susah untuk dialirkan listrik. “Rasio elektrifikasi merupakan perbandingan antara jumlah pelanggan rumah tangga dibagi jumlah KK. Jadi kami menghitung eletrifikasi berdasarkan KTP domisili dengan jumlah pelanggan, sehingga banyaknya masyarakat yang tinggal di Kota dengan domisili daerah setempat membuat daerah seperti Bangli dan Karangasem eletrifikasinya terlihat rendah,” jelasnya.

Baca juga:  Miliki 4.400 Sungai, Indonesia Berpotensi Kembangkan Hydropower

Menurutnya hampir semua masyarakat saat ini telah merasakan listrik, hanya saja data elektrifikasi menunjukan belum semua tercapai karena beberapa faktor tadi. Ditambah pula adanya masyarakat yang meminjam listrik tetangga. Sehingga banyak KK yang terlihat belum terlistriki.

Sedangkan rasio elektrifikasi Denpasar yang rendah disebabkan perekonomian cukup maju serta banyaknya usaha dan perkantoran, maka golongan listrik yang digunakan tidak rumah tangga. “Seperti halnya ruko yang menggunakan tarif bisnis, dan pelanggan tersebut juga tinggal di ruko, jadi hanya tarif bisnis yang digunakan, bukan tarif rumah tangga. Demikian juga kos-kosan yang memakai tarif khusus bukan tarif rumah tangga, tapi tarif khusus,” tambahnya.

Baca juga:  Jelang Natal dan Tahun Baru 2023, PLN UID Bali Pastikan Pasokan Listrik Aman

Untuk meningkatkan rasio elektrifikasi, berbagai upaya telah dilakukan terutama untuk menjangkau aliran listrik hingga ke pelosok. Dia mengatakan, dalam hal elektrifikasi hal utama yang menjadi perhatian PLN adalah menjangkau masyarakat sampai ke pelosok melalui program listrik pedesaan. “Hal ini tentunya membutuhkan dukungan dari berbagai pihak, terutama informasi dari masyarakat yang agar menyampaikan kebutuhan listriknya, dan kami pun bisa memberi bantuan. Dukungan dan kerjasama dari aparat desa, terutama, yang kami harapkan aktif, jangan sampai bantuan hanya tertuju pada satu wilayah karena aktif menyampaikan informasi, sedangkan wilayah lainnya kurang karena minimnya informasi,” jelasnya.

Selama ini pihaknya mengaku telah mengupayakan pertambahan jaringan untuk menjangkau masyarakat di pelosok. “Seperti yang kami lakukan di wilayah Jembrana belum lama ini, meskipun hanya satu pelanggan tetap kami lakukan penambahan jaringan untuk memberikan penerangan hingga ke seluruh masyarakat,” imbuhnya. (Citta Maya/balipost)

BAGIKAN

1 KOMENTAR

  1. Harus dipilah lagi datanya, supaya memberikan gambaran yang aktual, sebab angka elektrifikasi akan ideal bila tiap KK memasang 1 paket listrik PLN. Bila ada KK yg memasang lebih dari 1, angka elektrifikasi akan mencapai lebih dari 100%, bisa 105%,110% dsb. Ini tentu angka yg “lucu”. Di Denpasar yg nota bene ibukota propinsi, angka elektrifikasi ternyata rendah karena banyak ruko, industri, kantor yg seolah “menyinari” warga sehingga tdk tercatat dlm data elektrifikasi ini. Singkat kata, walaupun PLN sudah mendistribusikan listrik sampai pelosok sehingga semua menikmati listrik, angkanya tetap akan kecil seolah belum teraliri, karena pengambilan data yg tidak tepat.

TINGGALKAN BALASAN

Please enter your comment!
Please enter your name here

CAPCHA *