DENPASAR, BALIPOST.com – Perkumpulan Dagang Ayam (Gada) Bali dan Pemotong Ayam Bali mengeluhkan kelangkaan ayam yang terjadi sejak sebulan terakhir. Bahkan puncaknya terjadi sehari dua hari terakhir.
Menurut Ketua Gada Bali I Kadek Agus Seryawan, ketersediaan ayam saat ini sangat sedikit. Pasokan ayam panen hidup berkurang sampai 50 persen. Hal ini menyebabkan kita tidak mendapatkan barang sesuai kebutuhan kita baik dari sisi jumlah/tonase maupun bobot,” ujarnya Minggu (22/4).
Kelangkaan ayam diduga karena pelarangan penggunaan AGP (antibiotic growth promoters) ditambah pasokan DOC (day old chick) yang sedikit. Hal ini membuat supply ayam berkurang karena AGP yang memberikan efek pertumbuhan pada ayam membuat pertumbuhan ayam terhambat.
Menurutnya, jika penggunaan AGP dilarang, maka DOC seharusnya ditambah bukan malah dipotong. Karena dengan penambahan DOC bisa menutupi kebutuhan ayam saat pertumbuhan ayam tidak lagi bisa didapatkan dalam waktu yang ditentukan.
Ia menegaskan tidak pernah mempermasalahkan harga yang fluktuatif. Namun yang mereka inginkan adalah ketersediaan ayam yang berkesinambungan. “Karena kami setiap hari perlu pemasukan,” ujarnya.
Ketersediaan pasokan yang kurang membuat pasokan ayam dari Jawa masuk ke Bali, sehingga harga ayam pun bisa terkendali. Namun ketika pasokan ayam berlebih di Bali, peternak yang dirugikan karena harga ayam menjadi sangat murah.
Sementara ketika pasokan kurang, pemotong ayam dan pengirim ayam yang tidak mendapatkan barang untuk diedarkan ke pasar. Sehingga ekonomi mereka juga tidak berjalan.
Beberapa kali terjadi kejadian seperti ini, yaitu pemotong dan pengiriman ayam dengan peternak bersitegang namun tidak menemukan solusi. Maka ia meminta kepada pemerintah agar mengatur tata niaga ayam ini. Agar ketika pasokan ayam berlebih dapat ditanggulangi. Begitu juga ketika pasokan ayam kurang, dapat dipenuhi dengan kebijakan yang diambil. Karena hal ini tidak hanya merugikan pelaku usaha baik dari peternak, pengirim ayam dan pemotong ayam tapi juga masyarakat yang terkena imbasnya.
“Apa yang kami lakukan dan hari ini adalah usaha kami untuk membantu peternak dan pabrik dalam mengatasi masalah ketidaktersediaan ayam sesuai bobot yang diperlukan di pasaran. Harapan kami tentunya dengan meliburkan pengiriman selama dua hari bisa memberikan kesempatan pada peternak dan pabrik untuk menyiapkan ayam sesuai kebutuhan pasar. Semoga apa yang kami lakukan hari ini juga bisa berpengaruh terhadap harga ayam agar semakin turun. Guna mendukung kebijakan pemerintah dalam meningkatkan kesehatan masyarakat. Agar seluruh masyarakat mampu untuk mengonsumsi daging ayam,” jelasnya.
Perwakilan Pemotong Ayam Bali Ngurah Darma Putra mengatakan, ayam ini telah menjadi kebutuhan pokok, sama seperti beras. Maka dari itu tata niaga ayam ini harus dijaga betul oleh pemerintah. “Pemerintah tidak boleh lepas tangan. Pemerintah harus ada di antara kami, pemotong, pengirim dan peternak untuk menyelesaikan masalah ini. Jangan hanya memihak salah satu pihak,” ujarnya.
Permasalahan kekurangan pasokan ini telah terjadi 2 – 3 kali dalam setahun. Seharusnya, dengan beberapa kali mengalami kejadian seperti ini, pemerintah seharusnya sudah bisa membuat aturan dan kebijakan agar hal yang sama tidak terulang.
“Yang kami mohonkan keseimbangan penyediaan mentahnya berupa ternak yang kami proses berupa daging sehingga kebutuhan daging masyarakat terpenuhi pada tataran harga yang normatif. Yang kami butuhkan keseimbangan itu selalu terjadi,” tegasnya.
Aksi yang dilakukan kemarin dan dua hari lalu bukanlah aksi mogok. Akan tetapi mereka tidak mendapat barang sesuai kebutuhan. Ia berharap permasalahan tata niaga ini bisa menyentuh di tataran eksekusi dan regulasi.(citta maya/balipost)