MANGUPURA, BALIPOST.com – World Association Newspaper and News Publisher (WAN-IFRA) menggelar Publish Asia 2018 di Bali. Kegiatan ini dibuka Rabu (25/4) di Nusa Dua. Acara akan digelar selama 2 hari dengan menghadirkan sejumlah pembicara dari Asia Pasifik.
Terdapat sekitar 300 CEO dan pimpinan redaksi media se-Asia Pasifik yang hadir dalam kegiatan tahunan ini. Mereka akan membahas sejumlah hal terkait tren dan permasalahan yang dihadapi industri media massa di Asia Pasifik.
Menurut Chairman WAN-IFRA APAC Committee, Patrick Daniel, suasana dalam industri media massa mengalami perbaikan. Tahun lalu, ketika pertemuan digelar di Kuala Lumpur, Malaysia, penerbit mengalami pertumbuhan yang stagnan dan kebanyakan berada dalam posisi restrukturisasi. “Tahun ini, suasananya lebih membaik karena ada optimisme dan peningkatan pertumbuhan di industri media massa,” sebutnya.
Ada beberapa alasan yang menyebabkan bergairahnya industri media massa tahun ini. Ia menyebutkan makin banyaknya orang yang ingin membaca berita sebagai salah satu alasannya. Selain itu, banyak sumber pendapatan baru yang ada bagi industri media massa untuk tumbuh.
Ia mengatakan media massa agaknya sudah mulai bangkit dan menemukan ritme untuk menghasilkan pendapatan baru selain pendapatan tradisional mereka dari iklan yang sudah banyak bergeser ke platform online dan media sosial, seperti Facebook dan Google. Namun, ia menyadari masih diperlukan upaya untuk meningkatkan minat masyarakat membayar berita yang mereka baca, karena sebenarnya kemampuan untuk membeli itu ada.
Dalam kesempatan itu juga disampaikan tren yang terjadi di industri media massa. Dimulai dari pemaparan Thomas Jacob dari WAN-IFRA, kemudian pemaparan terkait upaya yang dilakukan media massa dengan pembicara Jayant Bhargaya yang merupakan Vice CEO Kompas Gramedia Group dan Chief Commercial Officer New Straits Time Press, Alfian Talib. (Diah Dewi/balipost)