BANGLI, BALIPOST.com – Jumlah populasi sapi di Kabupaten Bangli mengalami penurunan yang cukup tinggi. Berdasarkan data yang diterima di Dinas Perikanan Ketahanan Pangan dan Perikanan (PKP) Bangli selama kurun waktu setahun dari 2016 sampai 2017 terjadi penurunan populasi sebanyak 10 ribu ekor.
Sekdis PKP Bangli I Wayan Sarma didampingi Kabid Peternakan dan Kesehatan Hewan Sri Rahayu, Kamis (26/4) mengungkapkan, memang ada penurunan populasi sapi di Bangli. Kata dia, sejak setahun populasi sapi di Kabupaten Bangli melorot hingga 10 ribu ekor.
“Pada tahun 2016 populasi sapi di Bangli tercatat sebanyak 74.793 ekor namun pada tahun 2017 populasi sapi tercatat 64.754 ekor. Penurunan mencapai 13 persen,” ucapnya.
Menurut Sarma, penurunan populasi sapi ini dipengaruhi sejumlah factor seperti erupsi Gunung Agung serta pembukaan lahan jeruk besar-besar di Kintamani juga ikut mempengaruhi turunya jumlah sapi di Kabupaten Bangli.
Sementara di Kintamani juga gencar menanam jeruk sehingga ketersediaan pakan menurun. Atas kondisi itu, pemeliharaan sapi menajdi menurun. “Karena petani khawatir tidak ada ketersediaan pakan pasca erupsi, jadi mereka lebih memilih menjual ternaknya. Mereka takut kejadian 1963 terulang, karena tertimbun hujan pasir dan debu rumput mati hingga sapi tidak dapat pakan,”tambahnya.
Dijelaskannya, populasi sapi paling banyak terjadi di Kecamatan Kintamani. Dimana di wilayah Kintamani jumlah sapi turun dari angka 43.000 ekor turun menjadi 35 ribu ekor. Selain Kintamani, penurunan jumlah sapi dalam jumlah besar juga terjadi di Kecamatan Susut 11.298 menjadi 8.628 ekor.
Sementara di kecamatan Tembuku dan Bangli penurunannya tidak terlalu besar. “Kalau dulu kita menduduki rangking dua dari segi kepadatan populasi sapi, yakni mencapai 5-10 ekor per kilo meter persegi,” bebernya.
Disinggung trkait upaya yang bakal dilakukan pemerintah untuk meningkatkan populasi tersebut, Sarma menegaskan, pihaknya telah menggelonorkan sejumlah program pemerintah pusat seperti Upaya Khusus Sapi Induk Wajib Bunting (SIWAB).
Disamping itu, pihaknya juga mencegah peternak menjual sapi produktif dan pemerintah juga telah memberikan layanan inseminasi buatan (IB) gratis. “Selain IB gratis, kita juga memberikan peyalanan gratis terhadap sapi yang mengalami gangguan reproduksi (jubeng-red).
Dari sejumlah indukan yang ditangani selama ini menunjukan hasil yang cukup. Selama setahun sekitar 9.000 ekor betina yang telah mendapatkan pelayanan diseminasi buatan gratis. Jadi, kita harap semuanya berhasil dengan demikian jumlah sapi segera naik. Asalkan peternak tidak buru-buru menjual anakan sapi (godel) sehingga luput dari pendataan,” pungkasnya. (eka prananda/balipost)