JAKARTA, BALIPOST.com – Sebagai salah satu komoditas andalan Indonesia, kopi masih perlu ditingkatkan nilai tambahnya. Hal ini guna meningkatkan kesejahteraan masyarakat Indonesia, mulai dari petani hingga pedagang kopi dan bahkan cafe-cafe yang ada. “Lembaga Pengelola Dana Bergulir Koperasi dan Usaha Mikro Kecil dan Menengah (LPDB-KUMKM) ingin mendapatkan masukan langsung dari pelaku usaha kopi tanah air, baik dari sisi tarif, skema dan syarat yang harus disiapkan oleh LPDB-KUMKM untuk dapat mendukung industri kopi dalam negeri,” kata Dirut LPDB-KUMKM Braman Setyo saat diskusi dengan wartawan di Jakarta, Kamis (26/4).
Pada diskusi yabg bertajuk “Potensi Pembiayaan LPDB-KUMKM ke Sektor Usaha Pengolahan Kopi Asli Indonesia” ini, dan dihadiri Kadis Perkebunan Provinsi Jambi Agus Rizal, Ketua Komunitas UMKM Kopi Provinsi Jambi Rina Safitri serta pengelola cafe dari Jambi, Bram mengatakan, tahun ini LPDB-KUMKM ingin memfokuskan pembiayaan pada sektor pertanian yang merupakan amanat Presiden Joko Widodo untuk mendukung Program Nawacita.
Tahun ini, tambahnya, LPDB-KUMKM menargetkan penyaluran dana bergulir sebesar Rp 1,2 triliun. Dari jumlah itu, Rp 480 miliar untuk koperasi simpan pinjam, Rp 120 miliar untuk koperasi sektor riil, Rp 360 miliar UMKM, dan Rp 240 miiar untuk Lembaga Keuangan Bank (LKB) dan Lembaga Keuangan Bukan Bank (LKBB).
Sementara itu, Kepala Dinas Perkebunan Provinsi Jambi Agus Rizal mengatakan, potensi ekspor produk-produk pertanian dan perkebunan sangat besar. Potensi itu seperti kopi,kelapa sawit, karet dan lainnya.
Untuk ekspor paling besar kesempatannya adalah kopi. Namun menurutnya, kendala yang dihadapi selama ini hanya masalah pembiayaan. “Di Jambi paling lengkap industri pertanian dan perkebunan, sehingga bila ada tambahan bantuan dana dari LPDB-KUMKM kami sangat senang dan pasti pelaku industri kopi akan maju,” ujar Agus Rizal.
Sektor UMKM kopi, imbuhnya, jika dibiayai maka proses pengembalian pembiayaannya akan sangat cepat. “Berilah kami kesempatan dalam hal pembiayaan, kami dari dinas akan mendorong dan siap mendampingi LPDB-KUMKM sampai dengan tingkat petani,” jelas Agus Rizal.
Di tempat yang sama, Rina Safitri Ketua Komunitas UMKM Kopi Provinsi Jambi mengungkapkan, koperasi di Jambi sangat banyak, tapi kondisinya hidup segan mati tak mau. “Kebanyakan koperasi sawit, namun koperasi kopi belum ada. Kami berharap adanya pemberian fasilitas pembiayaan bagi para pelaku perkebunan dan UMKM kopi di Jambi,” harap Rina.
Ia juga meyakinkan, kualitas kopi dari Jambi sangat enak dan tidak kalah dari produk kopi dari daerah lain. “Jangan ragukan rasa kopi dan produk olahan UMKM dari Jambi,” imbuh Rina.
Selain itu Rina berharap dengan paradigma baru LPDB, para petani diberi kesempatan dalam mengakses KUR tanpa harus menunggu membentuk Koperasi. “Semoga LPDB bisa menyalurkan dana bergulir ke para petani, tanpa harus berkoperasi dulu sebab perlu masa 2 tahun berjalan bagi koperasi untuk bisa mengakses KUR,” imbuh Rina. (Nikson/balipost)