Jembrana mengalami perlambatan pertumbuhan ekonomi, salah satunya karena nelayan mengalami paceklik ikan. (BP/dok)

NEGARA, BALIPOST.com – Pertumbuhan ekonomi berdasarkan Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) di Kabupaten Jembrana selama dua tahun belakangan ini cenderung melambat. Berdasarkan data yang dihimpun di Badan Pusat Statistik (BPS) Jembrana, persentase pertumbuhan PDRB dari tahun 2014 sampai 2016 cenderung melambat.

Dari beberapa sektor yang menunjang laju pertumbuhan ekonomi itu, sektor pertanian secara umum (pertanian, kehutanan dan perikanan) yang paling terlihat tersendat. Di tahun 2014 dan 2015, prosentase pertumbuhan sektor pertanian antara 4,03 persen dan berlanjut 4,42 persen. Namun memasuki tahun 2016 prosentase anjlok 2,26 persen.

Baca juga:  Gelombang Tinggi, Nelayan Yeh Gangga Memilih Tak Melaut

Kendati demikian, pertumbuhan positif hanya saja melambat. Salah satu pemicu adanya penurunan sektor perikanan. Masyarakat Jembrana mengalami paceklik ikan mulai 2016 hingga berlanjut saat ini.

Produksi ikan (tangkap) dan tambak, sangat berdampak pada pertumbuhan PDRB di Jembrana. Sektor perikanan memiliki dampak yang besar juga terhadap industri pabrik-pabrik pengolahan ikan. “Pabrik yang semestinya mendapat ikan di Jembrana, sekarang harus mendatangkan ikan bahkan impor. Ini sangat mempengaruhi,” ujar Kabag Humas dan Protokol Pemkab Jembrana, I Komang Suparta, Kamis (26/4).

Baca juga:  Perahu Terbalik Diterjang Ombak, Nelayan Selamat

Untuk sektor industri pengolahan itu hampir serupa dengan pertanian dan perikanan. Dari data BPS Kabupaten Jembrana, selama tiga tahun prosentase pertumbuhan menurun.

Tahun 2014, 7.26 persen berlanjut tahun 2015, 6.36 persen dan di tahun 2016, 4.82 persen. Di sektor lain justru terjadi lonjakan percepatan pertumbuhan yang cukup signifikan. Khususnya di sektor konstruksi serta sektor pertambahan dan penggalian.

Banyaknya pertambangan di Jembrana, mendongkrak pertumbuhan dari sebelumnya -3.03 persen di tahun 2015, melonjak positif 6.76 persen. Begitu halnya di sektor konstruksi, dari awalnya 0,53 persen di tahun 2014, melonjak 7 persen di tahun 2015 dan berlanjut di tahun 2016 juga 7 persen.

Baca juga:  Mandi di Pantai saat Nyepi, Pria Ini Tenggelam

Secara umum atau total dari PDRB, dari tahun 2015 hingga 2016 mengalami kelambatan dari 6.23 persen berlanjut menjadi 5.95 persen. “Walaupun lambat ini karena pengaruh sektor perikanan. Perikanan tangkap sangat berpengaruh. Tapi kita imbangi dengan percepatan pembangunan fisik. Dimana di masing-masing desa, juga telah digelontorkan dana desa untuk percepatan pembangunan,” pungkas Suparta (Surya Dharma/balipost)

BAGIKAN

TINGGALKAN BALASAN

Please enter your comment!
Please enter your name here

CAPCHA *