Ayam petelur mulai diminati sebagai pengganti ayam pedaging yang harganya mengalami lonjakan. (BP/san)

TABANAN, BALIPOST.com – Harga ayam pedaging (broiler) saat ini di pasar melonjak hingga Rp 40 ribu per kilogram. Kondisi ini dikarenakan stok ayam pedaging di tingkat peternak mengalami penurunan sehingga tidak bisa memenuhi kebutuhan pasar.

Kelangkaan ayam pedaging ini menyebabkan harga ayam petelur ikut terdongkrak naik. Seperti diketahui, ayam petelur adalah jenis ayam yang saat ini menjadi favorit konsumsi masyarakat di samping ayam pedaging.

Salah satu peternak ayam petelur asal Desa Buruan Penebel, Darma beberapa waktu lalu memaparkan peternak akan menjual ayam petelurnya untuk menjadi ayam konsumsi, ketika ayam sudah tidak bisa lagi berproduksi atau menghasilkan telur. Menurutnya selama ini harga ayam pedaging dan ayam petelur memang saling berpengaruh. Artinya, ketika harga ayam pedaging ini naik, harga untuk daging ayam petelur juga akan mengikuti.

Baca juga:  Warga Keluhkan Biaya Masuk ke Patung Siwa, Pengembang Sebut Ini Alasannya

Namun persentasenya tidak sebesar dari harga lonjakan pada ayam pedaging. Ia menerangkan, saat ini harga ayam petelur berada dikisaran Rp 40 ribu per ekor dengan bobot rata-rata 2 kg per ekor.

Harga tersebut naik sejak dua minggu terakhir dari harga sebelumnya yang berada dikisaran Rp 38 ribu per kg. Meski harga ayam petelur ini naik, lanjut Darma, tidak serta merta menguntungkan peternak.

Baca juga:  Jambore Pasraman Nasional V Diselenggarakan di Bali

Hal ini karena biaya operasional untuk pemeliharaan ayam petelur agar bisa berproduksi mencapai Rp 80 ribu per ekor. Artinya, harga jual ini mengalami penyusutan hingga 50 persen dari biaya produksi yang dikeluarkan. “Jadi harga jual ayam petelur saat ini masih dibilang di bawah nilai wajar,” ujarnya.

Mengenai lonjakan harga daging ayam di pasaran menurut Darma tidak terlepas dari kebijakan pemerintah sejak tahun lalu yang memangkas produksi indukan karena menilai produksi ayam di dalam negeri dalam kondisi berlebihan. “Kelebihan produksi ini tercermin dari harga ayam di dalam negeri yang sering mengalami penurunan harga jual secara signifikan dalam waktu beberapa tahun belakangan,” ujar Darma.

Baca juga:  Hancurnya "Rumah Hujan" Bali Sebabkan Bencana

Selain itu kenaikan harga juga terjadi karena pemerintah juga mengeluarkan kebijakan terkait pakan dengan menghilangkan kandungan antibiotik atau AGP per 1 Januari 2018. Fungsi AGP ini adalah selain memacu pertumbuhan ayam pedaging, juga mengatur perkembangan bakteri di usus. (Wira Sanjiwani/balipost)

BAGIKAN

TINGGALKAN BALASAN

Please enter your comment!
Please enter your name here

CAPCHA *