BANGLI, BALIPOST.com – Sukses berbudidaya cacing, I Wayan Badan, petani di Banjar Yeh Mampeh, Desa Batur Selatan Kintamani kini merintis agrowisata cacing. Melalui agrowisata cacing yang dirintisnya itu, pria kelahiran 1971 tersebut ingin berbagi pengetahuan dengan masyarakat luas tentang cara berbudidaya cacing, manfaat cacing serta kosep pertanian terintegrasi.
Ditemui di rumahnya belum lama ini, Badan menuturkan dirinya mulai membudidayakan cacing sejak tahun 1998. Cacing yang dibudidayakan berjenis Lumbricus Rubbelus. Cacing yang dibudidayakan dengan cara yang sangat sederhana ini memiliki banyak keuntungan. Kotoran sebagai media pemeliharaan bisa dijadikan pupuk tanaman, sementara cacingnya bisa dijual untuk obat berbagai jenis penyakit. Oleh Badan, cacing yang diternakannya di lingkungan rumahnya juga sering diolahnya menjadi jus yang dicampur dengan berbagai buah.
Sejak membudidayakan cacing, dirinya cukup aktif memberi pemahaman dan berbagi pengetahuan dengan masyarakat terutama petani mengenai manfaat cacing bagi pertanian. Menurut Badan cacing yang memiliki kandungan protein dan enzim antibiotic yang cukup tinggi sangat baik bagi kesuburan tanaman. Jika saja 20 persen petani di Bali mau memanfaatkan cacing dalam pertanian, diyakini Badan pertanian di Bali akan makmur.
“Dulu saat awal-awal memberikan pemahaman susah. Tapi sekarang sudah mulai gampang, sudah banyak petani yang tahu manfaat cacing untuk pertanian,” jelasnya.
Diakui juga oleh Badan bahwa tak sedikit petani dan komunitas-komunitas yang tertarik berkunjung ke rumahnya untuk belajar budidaya cacing. Mereka yang datang bukan saja dari wilayah seputaran Kintamani dan Bangli namun dari berbagai wilayah di Nusantara. Karena banyaknya orang yang berminat belajar tentang cacing, Badan pun akhirnya terdorong untuk membentuk agrowisata sebagai tempat belajar tentang cacing dan pertanian terintegrasi.
Di agrowisata yang dirintisnya sejak 2017 itu, Badan selama ini mengenalkan kepada pengunjung yang datang mengenai berbagai hal tentang cacing, mulai dari cara budidaya, manfaat, hingga cara mengolahnya. Di agrowisata yang didirikannya itu, anggota Kelompok Tani Amera Lestari ini juga mengenalkan kepada pengunjung mengenai konsep pertanian terintegrasi.
“Di agrowisata saya menerapkan pola pertanian terpadu. Jadi kita jelaskan prosesnya mulai memberi sapi makanan rumput, selanjutnya kotorannya bisa kita pakai untuk biogas dan media budidaya cacing. Kotoran dari cacing kemudian bisa dipakai untuk pupuk dan cacingnya bisa diolah menjadi obat. Jadi ada perputaran, terintegrasi,” jelasnya.
Melalui agrowisatanya itu, Badan berharap akan lebih banyak lagi masyarakat terutama petani di Bali yang tertarik belajar memanfaatkan cacing. Mengingat cacing tidak saja baik untuk tanaman namun juga baik untuk mengobati penyakit. “Kedepan saya ingin membuat olahan cacing menjadi keripik. Sehingga pengunjung yang tidak mau meminum jus cacing, bisa mencoba keripik cacing,” kata Badan. (dayu rina/balipost)