AMLAPURA, BALIPOST.com – Hasil produksi salak di Kabupaten Karangasem mengalami penurunan yang cukup signifikan sejak beberapa hari belakangan ini. Hal itu dipicu akibat musim panen raya sudah berakhir. Sedikitnya hasil produksi mengakibatkan harga salak semakin melambung. Kini harga salak tembus Rp 10 ribu per kg.
Petani salak asal Banjar Abian Tiing, Desa Amerta Buana, Selat, Karangasem, Ni Nengah Nesa mengakui jika produksi salak sejak beberapa hari belakangan ini mengalami penurunan.
Kata dia, penurunan hasil produksi diakibatkan masa penen raya sudah mulai berakhir. “Yaa… sekarang produksi salak menurun. Karena musim panen raya sudah berakhir. Panen raya terjadi pada Januari sampai Maret. Sehinggi saat ini hasil produksi sedikit,” ucapnya.
Menurut Nesa, saat panen raya dalam dalam seminggu dirinya bisa melakukan panen sebanyak 2-3 kali dan mampu menghasilkan ratusan kg salak yang siap dijual. Namun, sekarang ini dalam sepakan dirinya hanya mampu panen sebanyak sekali dengan hasil panen yang didapat hanya puluhan kg.
“Kalau sekarang hasil buah salak tidak sebagus saat panen raya. Kalau saat penen raya buah salak besar-besar dan bagus. kalau sekarang ini buah salak sedikit kecil dan warna kukitnya sedikit agak gelap,”paparnya.
Dia menjelaskan, dibalik sedikitnya produksi yang didapat, dirinya sedikit bisa tersenyum. Pasalnya, dengan minimnya hasil produksi ini mengakibatkan persedian salak menjadi terbatas. Atas kondisi ini, membuat harga salak melambung.
Kata dia, saat ini harga salak tembus kisaran Rp 8 ribu sampai Rp 10 ribu per kgnya. Sementara saat panen raya harga sajak justeru anjok isaran Rp 1000 sampai Rp 2000 per kgnya. Bahkan petani sampai kesulitan menjual salaknya kibat produsksi yang melimpah.
“Kalau pas penen raya salak sampai kesulitan menjualnya karena saking kebanyak produksi. Selain sulit menjualnya, harganya juga jeblok,” paparnya.
Lebih lanjut dikatakannya, pada bulan Agustus mendatang salak balu kembali panen gaduh. Hanya saja, pada panen gaduh ini hasil produsksi yang didapat tidak semelimpah ketika panen raya. Karena panen gadung hasik produksi yang diperolah lebih sedikit.
“Panen Gaduhnya biasanya awal-awal Agustus sudah dimulai sampai Oktober. Dan hasilnya juga berbed. Kalau panen raya hasilnya cukup melimpah sampai-sampai kesulitan menjualnya. Tapi kalau panen gaduh hasiknya tidak begitu melimpah. Termasuk harga jualnya masih relatif normal,” pungkas Ni Nengah Nesa. (eka prananda/balipost)