NEGARA, BALIPOST.com – Ratusan siswa-siswi SD dan SMP di Jembrana, Rabu (2/5) pagi ikut mengisi upacara peringatan Hari Pendidikan Nasional (Hardiknas) dengan pentas Tari Makepung massal. Sekurangnya, 154 penari yang terbagi dalam 22 kelompok (tujuh orang per kelompok) menari di Lapangan Pecangakan diiringi gamelan Jegog.
Upacara Peringatan Hardiknas yang pada tahun ini mengambil tema “Menguatkan Pendidikan, Memajukan Kebudayaan” dengan Inspektur Upacara Bupati Jembrana I Putu Artha ini juga diikuti seluruh pelaku pendidikan di Jembrana. Mulai dari guru-guru, Aparatur Sipil Negara (ASN) serta siswa–siswi dari jenjang SD hingga SMA.
Ratusan siswa yang mementaskan tari Makepung ini berasal dari berbagai sekolah yang tersebar di Jembrana. Penampilan anak-anak SD dan SMP ini terlihat mengesankan dan wah, lantaran dibawakan secara kolosal.
Bila biasanya hanya tujuh penari, kini ditarikan hingga ratusan penari. Saat di akhir sesi tarian yang menggambarkan kerbau mengikuti lomba pacuan (makepung), terlihat ramai mirip situasi saat dihelat Makepung.
Gambelan Jegog untuk mengiringi tarian tersebut juga ditampilkan para siswa SMP di Jembrana, salah satunya SMPN 3 Mendoyo. “Tarian ini salah satu tarian yang kita minta agar diajarkan di SD dan SMP selain (tari) Cempaka Putih. Tari Makepung sengaja kami pilih tampilkan untuk menggelorakan semangat dalam Hardiknas,” ujar Kepala Dinas Pendidikan, Kepemudaan dan Olahraga (Dikpora) Jembrana, I Putu Eka Suarnama.
Menurutnya, para penari ini berasal dari berbagai SD di masing-masing Kecamatan. Awalnya hanya beberapa saja diminta satu kecamatan, tetapi ternyata antusias sekolah cukup tinggi. Hingga ratusan siswa yang turun mementaskan tari Makepung tersebut.
Bupati Jembrana I Putu Artha dalam kesempatan tersebut mengharapkan seluruh komponen yang terkait dengan dunia pendidikan agar dapat bekerja dengan sebaik–baiknya. “Mudah–mudahan ke depan Pendidikan dan Revolusi Mental bisa benar–benar terealisasi dengan baik, sehingga generasi muda penerus bangsa serta masyarakat kita siap dan mampu bertahan dengan kemajuan tanpa meninggalkan etika dan moral dalam bermasyarakat, berbangsa dan bernegara,” kata Bupati Artha. (Surya Dharma/balipost)