SINGARAJA, BALIPOST.com – Ketinggian genangan air Danau Buyan belakangan ini semakin parah. Bukan saja merendam belasan rumah penduduk, areal Pura Beji, dan puluhan hektar lahan pertanian, ruang kelas SDN 4 Pancasari, Kecamatan Sukasada dan mes guru juga tergenang. Ruang kelas dan bangunan mes guru tersebut tergenang dengan ketinggian air mencapai 1,5 meter.
Akibat situasi ini, sekolah pun terpaksa merubah pemanfaatan ruang bagi 116 anak di sekolah ini. Anak kelas I dan II direlokasi ke kelas darurat memanfaatkan rang terbuka di gedung serbaguna di desa setempat. Sedangkan, anak kelas III menempati ruang perpustakaan. Prihatin dengan kondisi ini, pemerintah daerah diminta melakukan penanganan permanen, sehingga kejadian ini tidak terus terulang setiap tahun.
Kepala SDN 4 Pancasari, Kecamatan Sukasada I Nyoman Dana di sekolahnya Kamis (3/5) mengatakan, mulai Januari 2018 lalu areal sekolahnya mulai terendam luapan air danau. Saat itu, baru halaman di depan ruang kelas IV, V dan kelas IV serta bangunan mes guru saja yang tergenang. Beberapa bulan berikutnya, genangan air semakin tinggi sampai 1,5 meter, sehingga tiang ruang kelas itu terendam dan tidak dapat difungsikan.
Sejak itu, siswa dipindahkan ke ruang kelas yang lokasinya lebih tinggi. Anak kelas IV, V dan kelas VI menempati ruangan yang sebelumnya ditempati anak kelas I, II dan kelas III. Karena terbatasnya ruangan anak kelas I dan II direlokasi ke kelas darurat di balai serbaguna yang dekat dengan sekolah.
Sedangkan, anak kelas III belajar di ruang perpustakaan. “Kami pindahkan ke ruang kelas yang bangunannya lebih tinggi dengan menempati perpustakaan yang hanya cukup untuk kelas III saja. Anak kelas I dan kelas II untuk sementara kami pindahkan di balai serbaguna,” katanya.
Menurut Dana, ruang kelas di balai serbaguna sudah disekat dengan papan triplek dan ditutup terpal. Pembuatan kelas darurat ini setelah sekolah mendapat bantuan papan triplek dari Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) dan Dinas Sosial (Dinsos) Buleleng. Diakuinya ruang kelas darurat sudah nyaman bagi siswa mengikuti pembelajaran.
Hanya saja, pihaknya tetap menugaskan guru mengawasi terutama ketika pulang sekolah. Ini karena lokasi gedung serbaguna berbatasan dengan kebun warga. Kalau siswa melewati jalan raya yang ramai lalulintas kendaraan, dirinya khawatir akan mengancam keselamatan siswa itu sendiri.
“Mulai jam pelajaran dan ketika pulang sekolah anak kembali diawasi. Namanya anak kelas I dan II perlu diawasi, sehingga biar tidak terjadi yang tidak kita inginkan guru kami tugaskan mengantar keluar dari lokasi kelas darurat ini,” jelasnya.
Terkait penanganan, Dana menyebut sejauh ini Dinas Pendidikan Pemuda dan Olahraga (Disdikpora) sudah menyiapkan program penanganan ruang kelas yang terendam air danau. Solusi itu adalah membangun gedung baru dengan menambah tinggi pondasi bangunan, sehingga tidak lagi terendam kalau air danau kembali meluap. Tim Disdikpora sudah melakukan surve dan mengukur luas volume pembangunan gedung yang baru tersebut.
“Kami dapat info bahwa ada dua solusi yakni relokasi dan mengangkat pondasi gedung yang terandam itu. Relokasi ke lokasi baru sulit karena kesulitan lahan, sehingga opsi pembangunan di loaksi yang sama dan meninggikan pondasinya akan dilakukan oleh pemerintah daerah,” katanya.
Sementara itu Anggota DPRD Fraksi PDI Perjuangan dari Daerah Pemilihan (Dapil) Sukasada Wayan Indrawan didampingi Wakil Ketua Komite SDN 4 Pancasari Made Kerta Budiasa mengatakan, terendamnya sekolah di desanya ini rutin terjadi setiap tahun. Bahkan, kejadian ini tidak lagi bencana alam, namun mengarah pada kejadian fenomena alam.
Untuk itu, Indrawan berjanjia akan mendorong pemeirntah untuk mempercepat penanganan SDN 4 Pancasari. Dukungan itu dalam alokasi anggaran agar diprioritaskan, sehingga fasilitas sekolah di daerahnya itu nyaman walaupun tahun-tahun berikutnya akan air danau kembali meluap, namun sekolah ini tetap berfungsi dengan baik. “Kami dorong dan dari segi penyiapan anggaran akan kita perjuangkan untuk mendapat prioritas karena faktanya penanganan di sekolah ini mendesak dan kalau dibiarkan mungkin setiap tahun akan terjadi seperti ini,” jelas Indrawan sembari diiyakan Merta Budiasa. (mudiarta/balipost)