puasa
Penjual bahan pangan di pasar tradisional. (BP/dok)

DENPASAR, BALIPOST.com – Hari besar keagamaan datang sebentar lagi. Bulan puasa dilanjutkan dengan lebaran dan hari besar keagamaan Hindu dikhawatirkan memberikan sumbangan inflasi yang tinggi bagi Bali. Namun Tim Pengendali Inflasi Daerah (TPID) Provinsi Bali bersama Kemendag melakukan koordinasi terkait antisipasi inflasi menjelang hari raya pada Kamis (3/5).

Staf Ahli Menteri Perdagangan Bidang Perdagangan Jasa Lasminingsih mengatakan, ia telah memantau bahan pokok seperti daging sapi, ayam, telur, minyak goreng, bawang putih, bawang merah, cabai merah, cabai keriting, cabai rawit. “Ini diperlukan untuk melihat kesiapan para penjual menjelang puasa ini,” ujarnya usai rapat High Level Meeting (HLM) TPID di Bank Indonesia Kantor Perwakilan (BI KPw) Provinsi Bali.

Dari dua pasar yaitu Pasar Kreneng dan Badung, ia melihat ketersediaan bahan pokok cukup baik. “Harga relatif stabil dengan beberapa sedikit perubahan harga, naik turun. Namun secara umum harga relatif stabil, ketersediaan cukup baik,”pungkaspnya.

Baca juga:  Tambahan Kasus COVID-19 Nasional Kembali di Atas 4.000 Orang, Hari Ini Bali di Luar 10 Besar

Selain meminta seluruh stakeholder terkait untuk memantau ketersediaan di pasar, Lasminingsih juga meminta ritel untuk menjaga kestabilan harga. Perusahaan ritel ditugaskan untuk menjual beberapa komoditi dengan harga tidak melebihi HET. Yaitu daging beku Rp 80.000/kg, minnyak goreg kemasan Rp 11.000/liter, gula pasir Rp 12.500 per kg.

Selain sebagai penstabil harga, ritel juga memberik pilihan kepada masyarakat dalam memenuhi kebutuhannya. “Seperti daging beku kebanyakan dijual di ritel karena ritel memang wajib memberikan pilihan kepada masyarakat untuk mendapatkan daging yang lebih murah. Kita tidak bisa tidak harus memberikan daging di ritel-ritel modern,” imbuhnya.

Baca juga:  Pertama Kali Digelar di Luar Eropa, Ini Alasan Vespa World Day 2022 Pilih Bali

Ketua Satgas Pangan AKBP Ruddy Setiawan mengatakan, tahun 2017- 2018 ada dua kasus yang ditemukan terkait mafia pangan. Yaitu mengurangi isi dalam karung dengan cara menusuk menggunakan gancu di Jalan Padma, Denpasar. Kasus kedua yang diungkap adalah pemberian keterangan yang menyesatkan pada label oleh CV Tirta Taman Bali, Banjar Uma Anyar, Desa Taman Bali, Bangli.

Kepala Bulog Divre Bali Wahyu Sutanto mengatakan, hingga 30 April 2018, stok beras yang dimiliki Bulog 9.450 ton. Terdiri dari beras Movenas (pergerakan beras antar gudang dari daerah kelebihan stok ke kawasan yang kekurangan) 2.262 ton, pengadaan 195 ton, beras impor 4.750 ton. Beras tersebut di 9 gudang Bulog di Bali. Yaitu di Tanguwisia dengan stok beras PSO 981 ton, di Bebalang 350 ton, Kauripan 325 ton, Batubulan 388 ton, Jimbaran 1.250 ton, Sempidi 878 ton, Kediri II 945.149 ton, Kediri I 368 ton, Penyaringan 471 ton.

Baca juga:  Samabe Leisure Group Sumbang APD untuk Pemprov Bali dan Tenaga Medis

“Kebutuhan kita kalau setiap bulannya 1.300 ton, maka stok yang ada saat ini cukup untuk 7 bulan. Sehingga masyarakat tidak perlu panik karena ketahanan pangan kita cukup sekali di Bali ini. Dengan kecukupan stok itu, harga beras pun akan semakin turun,” ujarnya.

Menjelang hari besar agama, ia mengatakan akan memantau dengan tim pangan baik satgas pangan maupun Disperindang. “Begitu ada kekurangan, kita langsung masok,” tandasnya. (Citta Maya/balipost)

BAGIKAN

TINGGALKAN BALASAN

Please enter your comment!
Please enter your name here

CAPCHA *