FUZHOU, BALIPOST.com – Tiongkok tidak hanya lekat dengan gedung pencakar langit dan infrastruktur ciamik di perkotaan. Negara ini juga memiliki desa-desa dengan hutan menghijau dan aliran sungai yang tentu saja jauh dari hiruk pikuk kota. Salah satunya, desa wisata yang dikembangkan di Kecamatan Songkou, Kabupaten Yongtai di Fuzhou, Ibukota Provinsi Fujian.
Dari pusat kota Fuzhou, butuh waktu sekitar 2 jam untuk menjangkau kecamatan Songkou dengan bus. Di musim semi sekarang, mata sangat dimanjakan dengan pemandangan hijaunya gunung kapur sepanjang perjalanan. Beberapa kali harus melewati terowongan membelah bukit, dan merasakan sensasi jalan meliuk layaknya perjalanan dari Denpasar menuju Buleleng.
Songkou kini sedang mengembangkan desa wisata Yue Zhou, sebuah desa kuno berumur lebih dari seribu tahun berjuluk desa pujangga. Desa ini merupakan tanah kelahiran Zhang Yuan Gan, seorang pujangga terkenal di Tiongkok yang lahir pada 1091 Masehi.
Pada titik yang dipercaya sebagai tempat tinggalnya dulu, dibangun kembali sebuah rumah berdesain kuno dari kayu. Di pintu masuk rumah, diukir pula penggalan-penggalan puisi.
Tidak ada biaya yang dipungut untuk melihat-lihat karya sang pujangga berikut tempat tidur dan sebuah ruang khusus untuk menulis puisi. “Puisi-puisi atau syair yang dia tulis banyak sekali, yang tersusun di sini ada 436 buah. Anak dan cucunya banyak yang menjadi pujangga besar,” kata Camat Songkou, Ye Wen Zhen.
Menurut Zhen, Zhang Yuan Gan memiliki 5 orang putra yang seluruhnya mengikuti jejak sang ayah menjadi pujangga. Lantaran begitu terkenal, pujangga yang satu ini juga kerap menjadi objek penelitian.
Tak sedikit pula siswa sekolah yang datang untuk membaca ataupun mempelajari karya dan hasil-hasil penelitian tentang sang pujangga. Saat ini, di Desa Yue Zhou juga tengah dibangun perpustakaan untuk mengakomodasi minat membaca masyarakat setempat maupun wisatawan yang datang. Kedatangan wisatawan diharapkan bertambah dengan adanya perpustakaan itu.
“Perpustakaan sedang dibangun di bekas stasiun pembangkit listrik. Ini salah satu titik yang akan dikembangkan, dibantu professor dari fakultas bahasa dan sastra dari Fuzhou. Dia juga akan menarik banyak pemuda untuk bekerja di sini dan 10 perusahaan untuk investasi,” paparnya.
Zhen menambahkan, pengembangan desa wisata terus digenjot untuk meningkatkan pendapatan dan kesejahteraan masyarakat setempat. Mengingat, desa ini dulu sangat tertinggal karena penduduk hanya mengandalkan hasil pertanian dari lahan yang terbatas.
Akibatnya, banyak generasi muda yang memilih untuk urbanisasi sehingga di desa hanya tinggal orang tua dan anak-anak. Dari 1400an penduduk ber-KTP Yue Zhou, hanya 500 orang saja yang menetap disana sepanjang tahun.
“Banyak rumah-rumah yang runtuh, kini sedang dibangun kembali untuk membuat fasilitas-fasilitas baru seperti restoran dan guest house. Satu lagi keunikan desa ini adalah dikelilingi sungai yang membentuk sebuah kata (huruf Tiongkok, red), yang artinya bulan,” katanya.
Zhen melanjutkan, di Songkou secara keseluruhan terdapat 21 desa. Sejumlah desa yang telah dikembangkan untuk pariwisata dan dikunjungi wisatawan, terbukti mampu mendongkrak pendapatan masyarakat.
Setiap KK kini memiliki penghasilan rata-rata 100 ribu Yuan Renmibi atau sekitar Rp 220 juta lebih per tahun. Masyarakat umumnya menjual hasil bumi seperti yang terkenal adalah buah kesemek, buah qingmei, kacang tanah, buah pipa dan buah li.
Di sisi lain, pemerintah kecamatan juga membantu pemasaran produk hasil pertanian dan kerajinan masyarakat setempat. Khusus buah li, bisa dipetik sendiri oleh wisatawan pada saat musimnya di bulan Juli.
Di Songkou, tepatnya desa wisata Zhongshan juga terdapat penginapan yang cukup terkenal di linimasa, yakni Songkouqi. Dulunya, tempat ini adalah kantor kelurahan yang hendak dibongkar. Namun, Camat Zhen melarangnya lantaran ingin melestarikan bangunan tersebut. Kini, Songkouqi dikelola oleh 7 orang mahasiswa dan selalu ramai dipesan setelah dipromosikan lewat internet.
Fu Forest Trail
Di pusat kota Fuzhou, masyarakat setempat sebetulnya disuguhkan pula suasana alam dalam sebuah tempat bernama Fu Forest Trail. Ada jembatan pelat baja yang dibangun melingkar ke atas semacam jalur roller coster.
Panjangnya tidak tanggung-tanggung mencapai 19 km dengan tinggi 168 meter diatas permukaan laut, dan menghubungkan 5 buah taman. Investasi pemerintah ibukota provinsi Fujian ini juga sangat besar untuk pembangunan Fu Forest Trail yakni 600 juta Yuan Renmibi. Masyarakat pun tidak dikenakan biaya untuk memasuki tempat rekreasi dan olahraga yang rampung tahun 2016, sejak mulai dibangun akhir 2014 lalu. (Rindra Devita/balipost)