Ketua Asosiasi Penyelenggara Jasa Internet Indonesia (APJII), Jamalul Izza. (BP/edi)

MANGUPURA, BALIPOST.com – Penggunaan Internet saat ini menjadi bagian kehidupan sehari-hari dan terus berkembang pesat. Selain dari jumlah pengguna yang terus bertambah di Indonesia, layanan yang diberikan pun semakin bervariasi dan menggeser teknologi konvensional.

Dengan semakin berkembangnnya teknologi, tantangan ke depan adalah persaingan melawan konten-konten luar yang masuk ke Indonesia. Persoalan ini memang cukup berat untuk dihadapi. Seperti yang disampaikan Ketua Asosiasi Penyelenggara Jasa Internet Indonesia (APJII), Jamalul Izza disela pelaksanaa Munas APJII, Senin (7/5) di Nusa Dua.

Baca juga:  Jumlah Korban Jiwa COVID-19 Naik 450 Persen dari Sehari Sebelumnya! Kasus Baru di Atas 150 Orang

Dikatakannya, infranstruktur di Indonesia diakui terus mengalami pertumbuhan. Meski banyak konten luar yang masuk, pihaknya berharap, agar konten lokal juga tetap tumbuh terus ditengah gempuran konten luar.

Saat ini, untuk konten, pihaknya tidak menargetkan traffick internasional tetapi berusaha untuk mempertinggi traffick dalam negeri. “Selama ini sudah mulai terjadi. Karena sudah mulai tumbuh konten-konten lokal sehingga traffic-nya berputar di Indonesia sendiri. Konten internasional yang besar misalnya facebook, google, intagram, twiter dan lainya. Mereka menggunakan lalulintas di Indoneaia namun tak bayar pajak,” terangnya.

Baca juga:  Empat Hari Berturut, Tak Ada Wilayah Lapor Tambahan Kasus COVID-19 hingga 3 Digit

Masalah pajak dari kontel luar negeri, menurutnya itu menjadi pekerjaan rumah bersama untuk menumbuhkan konten lokal. Konten lokal yang traffic bagus di Indonesia misalnya gojek, ecomers, tokopedia, dan lainya. Konten lokal yang paling banyak digunakan adalah ecommers. “Saat ini orang sudah banyak menggunakan belanja online,” pungkasnya.

Sentara APJII memiliki tugas untuk menginternetkan Indonesia. Penetrasi internet setiap tahun harus naik dan itu mampu direalisasikan. Bahkan saat ini peningkatan sudah mencapai 10-15 persen dari periode 2015-2018. Sedangkan penetrasi di Bali dinilai cukup bagus. Yang terendah adalah wilayah Indoneaia bagian timur. Hal itu berkaitan dengan infrastruktur yang ada. “Komposisi yang terbaik adalah Jawa, Bali, Sumatera, Kalimantan, Sulawesi, dan Indonesia bagian Timur,” tambahnya. (yudi kurnaedi/balipost)

Baca juga:  Program Makan Bergizi Penting Bagi Pertumbuhan Ekonomi
BAGIKAN

TINGGALKAN BALASAN

Please enter your comment!
Please enter your name here

CAPCHA *