SEMARAPURA, BALIPOST.com – Obyek Wisata Tukad Unda yang sempat ditutup untuk wisatawan saat erupsi Gunung Agung terjadi, telah dibuka kembali sejak beberapa bulan terakhir. Tingkat kunjungan wisatawan yang berkunjung ke obyek wisata yang menawarkan pemandangan tirai air itu pun tergolong cukup signifikan. Per hari, obyek wisata itu kini bisa menarik pengunjung hingga 200 orang.
Kepala Desa Paksa Bali I Putu Aryadi Senin (7/5) menuturkan, saat awal dikelola, tingkat kunjungan ke obyek wisata Tukad Unda mencapai 100 orang per hari. Pengunjung yang datang biasanya menghabiskan waktunya untuk berfoto-foto selfi dan ada juga yang melakukan foto preweding. Saat Gunung Agung mengalami erupsi, tingkat kunjungan ke Tukad Unda menurun drastis hingga 60 persen. Pihak pengelola saat itu juga terpaksa melakukan menutup obyek wisata itu selama kurang lebih lima bulan karena air yang mengalir keruh akibat dampak lahar dingin.
“Sejak air mulai jernih, dan level gunung agung menurun, baru mulai kita buka kembali untuk wisatawan,” terangnya.
Dijelaskan Aryadi, saat ini tingkat kunjungan wisatawan ke obyek Wisata Tukad Unda cukup bagus. Per hari jumlah kunjungan mencapai 150 hingga 200 orang. Bahkan saat ada event yang digelar di Tukad Unda kunjungannya bisa mencapai lebih 200 orang. Peningkatan jumlah kunjungan ke obyek wisata itu, kata dia, dipengaruhi karena adanya kerjasama dengan pengusaha rafting. Dimana dalam kerjasama itu, Tukad Unda dijadikan sebagai tempat finish dari kegiatan rafting.
Kini seiring meningkatkan jumlah kunjungan akhir-akhir ini, Aryadi mangaku pihaknya telah membuat planning untuk menata kembali areal obyek wisata tersebut termasuk menambah fasilitas dan wahana seperti kolam renang, flying fox, sycling dan lainnya. Melalui badan usaha milik desa (Bumdes), obyek-obyek wisata lainnya yang ada di Desa Paksa Bali juga akan dikembangkan lagi seperti tracking di perbukitan Paksebali serta tempat wisata spiritual Taman Seganing.
Kerajinan local yang ada juga akan dikembangkan sebagai daya tarik termasuk atraksi tradisi budaya seperti Dewa Masraman dan Melukat di Geni. (dayu rina/balipost)