AMLAPURA, BALIPOST.com – Kebanyakan orang mungkin sudah lupa bahwa Januari 2015 lalu di Banjar/Desa Iseh, Sidemen, Karangasem pernah ada peristiwa balita tewas di pinggir sebuah parit. Namun bagi kedua orang tua balita malang itu, I Wayan Suarta Ardiawan (35) dan Ni Komang Suryati (34), kejadian tersebut masih sangat membekas karena yakin buah hati mereka menjadi korban pembunuhan.
Bocah malang itu bermana Ni Kadek Candrawinata, saat kejadian baru berusia 13 bulan. Sebelum ditemukan tegeletak tak bernyawa dengan jejak tindak kekerasan pada beberapa bagian tubuhnya, korban berada dalam pengawasan kakek-neneknya.
Korban mendadak hilang ketika sang kakek dan nenek sedang sibuk di dapur rumah yang berjarak sekitar 1,5 km dari tempat jenazah korban ditemukan. Perisitiwa itu tepatnya terjadi 20 Januari 2015 ketika warga Iseh sedang mempersiapkan ritual di salah satu pura setempat.
Lama tak ada kejelasan, Senin (7/5) Ardiawan dan Suryati mendatangi Polres Karangasem. Didampingi Ketua P2TP2A Bali, Siti Sapurah, mereka menemui Kasat Reskrim AKP Decky Hendra Wijaya.
Tujuannya, mendesak kepolisian mengusut kasus tersebut secara tuntas. ‘’Saya yakin anak saya dibunuh, saat memandikan jenazah ada bekas cekikan di leher dan bekapan di pipinya,’’ ungkap Ardiawan.
Pria yang mengadu nasib di Denpasar ini mengaku tak berani menuduh meskipun ada orang yang dicurigai. Untuk mengungkap kematian putrinya, dia mengaku sudah berkali-kali bertanya kepada orang pintar yang hasilnya selalu sama. ‘’Semuanya bilang bukan orang jauh. Kami berharap polisi mengungkap pelakunya, juga motifnya,’’ timpal sang istri Komang Suryati.
Pertemuan antara keluarga korban, P2TP2A dan petinggi Sat. Reskrim berlangsung tertutup. Namun sebelumnya Siti Sapurah juga menyatakan keyakinannya bahwa korban tewas karena perbuatan orang lain. Meski hasil otopsi menyatakan korban tewas karena saluran pernafasan tertutup air, wanita yang biasa disapa Ipung itu menyakini korban meninggal bukan karena tenggelam tapi karena sengaja ditenggelamkan. ‘’Paritnya dangkal kok,’’ katanya.
Sebelum datang ke Polres Karangasem, Siti Sapurah mengaku sudah berkoordinasi dengan salah seorang dokter yang dulu ikut dalam proses otopsi korban. Menurut dia, sang dokter menyatakan korban meninggal tidak wajar. Selain berpegang pada kecurigaan orangtua korban dan penjelasan dokter tersebut, Ipung juga mengambil kesimpulan dari petunjuk lain.
Menurut dia, mustahil seorang balita seusia korban mampu berjalan sejauh 1,5 km dari rumahnya terlebih saat itu sedang hujan gerimis. ‘’ Kami yakin korban dibunuh, tapi sampai saat ini pembunuhnya belum terungkap,’’ ujarnya bernada sesal.
Sementara itu AKP Decky Hendra Wijaya mengatakan bahwa kasus tersebut tidak dihentikan. Penyelidikan masih berlangsung hanya saja hasilnya belum seperti harapan, minimnya saksi menjadi salah satu kendala. Pihaknya mengakui ada lebam pada wajah korban seperti jejak tindak kekerasan. Jika melihat hasil otopsi, pihaknya juga mengaku punya kecurigaan korban tewas karena dibunuh. ’Otopsi tidak menyebutkan korban dibunuh, tapi hanya menjelaskan penyebab kematian yaitu karena pernapasan tersumbat,’’ terangnya
Decky Hendra Wijaya menegaskan pihaknya tidak tinggal diam dan menyampaikan rasa empati kepada keluarga korban. Untuk mengungkap kasus tersebut, menurut dia, Polres sudah membentuk tim gabungan dari unsur Sat. Reskrim dan Polsek Sidemen. ‘’Kami juga berusaha kasus ini segera terungkap. Mohon doanya,’’ ungkapnya.
Siti Sapurah usai pertemuan mengakui ada kesepahan dengan pihak penyidik. Hanya saja pihaknya berharap polisi bisa lebih sigap karena kasus tersebut sudah hampir empat tahun terkatung-katung. ‘’Saya dapat memahami penjelasan kepolisian, tapi jangan berlama-lama. Ini menyangkut nyawa,’’ pungkasnya. (kmb/balipost)