Sendratari ditampilkan dalam perpisahan Smanda. (BP/gik)

AMLAPURA, BALIPOST.com – Momen pelepasan siswa lazimnya diisi hiburan. Bentuk hiburannya beragam, mulai dari lawak hingga band, biar terkesan kekinian.

Tetapi, berbeda dengan SMAN 2 Amlapura (Smanda). Salah satu sekolah unggulan di bumi lahar Karangasem ini, menampilkan hiburan sendratari hingga joged gandrung (penarinya laki-laki) saat menggelar momen pelepasan siswa di wantilan sekolah setempat, Sabtu (5/5). Meski dipersiapkan mendadak, pementasan sendratari nampak sangat apik. Bahkan penampilan joged gandrungnya, mampu membuat seisi sekolah sangat terhibur.

Sendratari ini diberi judul “Godogan Sang Pangeran Kodok”. Sendratari garapan pembina I Dewa Gede Putu Supania, S.sn., Luh Gede Kartini, S.Pd., dan Dra. Desak Made Sukerthi, M.Pd., tampil dalam waktu 60 menit.

Mengambil cerita sang anak raja Prabu Jenggalapura, pementasan sendratari yang dikemas apik oleh penata dan pembina tabuh Dewa Putu Arianata. Wakasek Kesiswaan Drs. Nyoman Sutama, mengatakan cerita sendratari ini sejalan dengan tema pelepasan siswa yang mengangkat tema “Unity In Diversity” (bersatu dalam perbedaan). Sendratari menceritakan sang anak raja yang tiba-tiba menjadi kodok, setelah meminum air di sebuah telaga di tengah hutan. Namun, sang kodok tetap bisa berbicara manusia hingga dipungut sebagai anak oleh penghuni hutan, Men Bekung.

Baca juga:  Angka Kematian Tinggi, Kepala Daerah Jawa-Bali Diminta Evaluasi

Ceritanya menjadi semakin menarik, saat sang pangeran kodok telah dewasa meminta Men Bekung yang dianggap ibunya, untuk melamar anak Raja Daha-Pura. Selain kuat dengan alur ceritanya, pementasan sendratari ini juga tampil jenaka. Ini membuat ribuan siswa SMAN 2 Amlapura dan undangan lainnya sangat terhibur. “Kami sengaja mengemasnya sedikit lucu, agar sendratari ini terkesan tak kaku,” kata Sutama.

Sendratari yang tampil maksimal dan sedikit jenaka, mampu menutupi kekurangan persiapan yang terkesan mendadak. Sebab, mempersiapkan seluruh jalan cerita, menata tabuh, kostum dan lainnya, hanya dalam waktu seminggu. Beruntung siswa yang terlibat di dalamnya mampu menyerap semua arahan pembina dan penata tabuh dengan cepat.

Baca juga:  Bangli Ingin Buat Jalan Layang di Kintamani

Ini juga berkat bantuan para alumni yang ambil bagian dalam beberapa tokoh di dalam cerita sendratari ini. Tidak ketinggalan, beberapa guru juga ikut di dalamnya. “Ini semua keroyokan. Ada siswa, guru, alumni juga ikut. Kami ada beberapa alumni yang memang khusus bergerak di bidang seni dan selalu siap bila dibutuhkan. Termasuk dekorasi panggung, kami sendiri tak menyangka siswa bisa membuat sebagus ini. Padahal, kami cuma kasi dana Rp 3 juta,” terang pembina OSIS Smanda ini.

Dekorasi panggung memang terkesan cukup megah. Nampak padu dengan jalan cerita sendratarinya. Desain panggung di dalam wantilan, dibuat seperti tebing-tebing di taman, dengan menggunakan teknik ulatan bambu, kertas koran dan finishing berupa cat warna coklat dan hitam. Suasana nampak semakin hidup dengan air yanh mengalir dari atas dan dukungan dekorasi panggung lainnya.

Setelah cerita sendratari sampai pada keberhasilan pangeran kodok mempersunting anak raja karena kawisesaanya, keluarlah joged gandrung dari siswa kelas X sekolah setempat. Penari joged ini disambut meriah, bak seorang artis panggung.

Baca juga:  Puter Kayun, Tradisi Warga Boyolangu Kenang Pembuatan Jalur Pantura

Sambutan yang begitu meriah bukan tanpa alasan. Sebab, ini momen langka, jarang dijumpai penari joged gandrung tampil lemah gemulai di atas panggung seperti ini. Siswa setempat pun berebut minta ditunjuk menjadi pangibing. Kemeriahan semakin memuncak, kala Kepala SMAN 2 Amlapura, Drs. I Nengah Miyasa, M.Pd, ditunjuk menjadi pangibing. Penari joged gandrung ini mampu tampil sangat baik, memainkan situasi dan menjaga kemeriahan acara di atas panggung selama sekitar 30 menit.

Dengan tampilnya joged gandrung ini, pihak sekolah ingin menghapus kesan tari joged sebagai tari yang porno dan tak layak pentas. Maraknya beredar tari joged porno sangat merusak citra Bali sebagai destinasi pariwisata dunia. Ini sekaligus mensosialisasikan tari pergaulan ini sebagai warisan kebudayaan Bali yang harus tetap dilestarikan. (Bagiarta/balipost)

BAGIKAN

TINGGALKAN BALASAN

Please enter your comment!
Please enter your name here

CAPCHA *