HANGZHOU, BALIPOST.com – Pada 2016 lalu, Kota Hangzhou di Provinsi Zhejiang, Republik Rakyat Tiongkok dijadikan lokasi pertemuan G20. Tepatnya pada 4-5 September 2016 di Hangzhou International Exhibition Center.
Dua tahun berlalu, gedung yang dibangun diatas lahan seluas hampir 20 hektar, kini malah jadi destinasi wisata favorit masyarakat. Padahal, ada biaya tiket masuk yang dikenakan sebesar 100 Yuan Renmibi per orang atau sekitar Rp 220 ribu.
Wisatawan yang datang per harinya mencapai 2000 hingga 3000 orang. Di hari libur, jumlahnya bisa lebih banyak lagi. Hampir semua bagian gedung menarik perhatian pengunjung, terutama untuk foto.
Menurut pemandu lokal, gedung ini memiliki lima lantai. Di lantai pertama, ada ruangan yang dulu dipakai untuk menyambut tamu agung yakni kepala negara peserta G20. Menonjolkan gaya arsitektur tradisional khas Tiongkok, ruangan juga dilengkapi lampu yang terbuat dari marmer dan dua guci setinggi 3,5 meter. Guci dari kayu dengan ukiran asli Tiongkok ini harganya 6 juta Yuan Renmibi (1 Yuan = Rp 2.202).
Untuk menuju lantai berikutnya, pengunjung bisa menaiki eskalator yang tingginya sekitar 30an meter. Sebetulnya, bukan hanya eskalator yang terhitung cukup tinggi. Tapi juga ketinggian bangunan di setiap lantai itu sendiri, bisa mencapai belasan meter atau empat kali tinggi sebuah bangunan biasa.
Selain itu, ada seratusan ruangan pertemuan berkapasitas kecil hingga besar. Ruangan paling besar memiliki luas 10 ribu meter persegi. Pasca dipakai dalam G20, kini ruangan-ruangan itu disewakan untuk umum. Baik untuk kegiatan konferensi, seminar, pameran, maupun acara lain seperti pernikahan.
Ruangan yang dipakai pertemuan G20 sendiri berada di lantai 4 seluas 2000 meter persegi. Posisi tempat duduk para kepala negara dan peserta G20 lainnya masih tetap dipertahankan seperti dulu. Ada semacam pembatas yang dibuat agar para pengunjung tidak menyentuh ataupun mengubah letak kursi-kursi, meja, dan perlengkapan lainnya.
Namun, pengunjung masih bisa mengambil foto atau melakukan swafoto dengan latar tersebut. Apalagi, ruangan ini dilengkapi dengan berbagai ukiran kayu khas Tiongkok pada dindingnya, dan sebuah ukiran kayu raksasa seberat 20 ton. Ukiran kayu raksasa itu menggambarkan Tiongkok yang terkenal dengan tembok besar-nya.
Ruang pertemuan G20 rupanya masih lebih kecil bila dibandingkan dengan ruangan untuk jamuan makan di lantai 5. Luas ruang jamuan makan mencapai 2500 meter persegi. Ruangan ini juga dilengkapi sebuah lukisan raksasa pemandangan indah Tiongkok, serta 24 lukisan yang lebih kecil di dinding dengan tema sama. Lukisan-lukisan tersebut dibuat oleh seorang profesor dari Beijing.
Pada saat jamuan makan, ada 18 jenis masakan yang disajikan untuk para kepala negara. Setiap orang bisa memilih 4 macam masakan, termasuk memilih alat makan seperti sendok, piring, dan mangkok yang disediakan sebanyak 108 buah per orang. Jamuan makan berlangsung selama satu jam.
Menariknya lagi, pada bagian atas ruangan dibuat seolah-olah seperti di luar angkasa. Kemudian ada 12 tiang yang menandakan jumlah bulan dalam setahun, tapi sebetulnya adalah air conditioner (AC).
Di luar tempat jamuan makan, masih di lantai 5, ada pula taman seluas 65.000 meter persegi. Lantaran dibuat di lantai paling atas, taman ini pun dinamakan taman angkasa.
Hangzhou International Exhibition Center mulai dibangun pada tahun 2009 dan rampung pada 2014 tanpa finishing. Setelah dipastikan menjadi lokasi pertemuan G20, barulah dilakukan finishing dan penataan dekorasi. Di sekitar gedung ini juga tengah dilakukan pembangunan stadion untuk Asia Games 2022. Ada stadion utama untuk upacara pembukaan dan penutupan Asia Games, pertandingan sepakbola hingga atletik.
Stadion menyerupai bunga teratai ini bisa menampung sekitar 80.800 orang. Di sebelahnya terdapat stadion lebih kecil dengan bentuk hampir sama untuk pertandingan tenis. Jika cuaca sedang baik atau tidak hujan, atap stadion bisa dibuka otomatis. Kemudian di sebelah utara, ada pembangunan kolam renang seluas 300 ribu meter persegi. Seluruh proses pembangunan fasilitas untuk Asia Games 2022 ditarget rampung 2 tahun mendatang. (Rindra Devita/balipost)