Walaupun mengalami pasang surut, budi daya anggur hitam di Buleleng tetap berkembang. Satu persoalan dialamia petani adalah tinginay biaya produksi akibat ketergantungan menggunakan pupuk dan obat-obatan kimia. (BP/mud)

SINGARAJA, BALIPOST.com – Budidaya anggur hitam di Kabupaten Buleleng mengalami pasang surut. Situasi ini dipengaruhi dari luas areal sampai produktifitasnya. Khusus produktifitas, budi daya ini ditentukan dengan kondisi cuaca. Selain itu, biaya operasional belakangan ini terus meningkat karena petani sendiri masih terpaku dengan menggunakan pupuk dan obat-obatan kimia (Pestisida-red).

Data Dinas Pertanian (Distan) Buleleng, tahun 2017, Buleleng memiliki luas areal budi daya anggur hitam seluas 699,7 hektar. Areal ini ditanami sebanyak 349.840 pohon tersebar di Kecamatan Gerokgak, Seririt, dan Kecamatan Banjar.

Dari populasi tanaman sebanyak itu di tahun yang sama produktifitas anggur siap jual tercatat 11.417 ton. Dibandingkan dengan produktifitas tahun 2016 yang lalu sebanyak 9.073 ton, sehingga terjadi peningatan sebanyak 2.344 ton. Peningatan ini menyusul cuaca yang lebih mendukung, sehingga pada tahun itu petani mampu meningkatkan keuntungannya.

Di tengah perkembangan tersebut, budi daya anggur hitam di daerah ini masih mengalami sejumlah permasalahan serius. Dibutkikan dengan pola pertanian tergantung pemakaian pupuk dan obat-obatan kimia. Bahkan, pemakaian pupuk dan obat-obatan kimia ini terkesan berlebihan. Akibatnya, petani harus menambah biaya produksi dan ketika panen di mana harga yang anjlok, sehingga petani sering mengalami kerugian yang lumayan besar.

Baca juga:  Cara Membersihkan Sayur dan Buah dari Pestisida

Dampak lainnya, petani yang tidak mampu menyiapkan modal besar, sehingga mereka menjual kebunnya atau mengganti komuditas tanaman dari budi daya anggur hitam menjadi lahan persawahan dengan ditanami padi atau tanaman semusim lain.

Selain masalah modal produksi, kualitas anggur hitam pun mulai menurun. Ini terjadi karena adanya prilaku petani yang sengaja memanen tanaman sebelum masa tanaman harus dipanen. Harusnya anggur hitam dipanen rata-rata pada umur 105 sampai 110 hari, namun banyak ditemukan petani memanen tanamannya pada umur 95 hari.

Baca juga:  Bebaskan Lahan Pertanian di Gianyar dari Pajak

Bahkan, ada buah yang dipaksa dipanen pada umur 90 hari. Prilaku ini menurunkan kuwalitas buah terutama rasa manis buahnya menjadi kurang optimal.

Kepala Distan Buleleng Nyoman Genep didampingi Kepala Bidang Hortikultura Gede Sebudi Jumat (11/5) mengatakan, walau budi daya anggur hitam mengalami permasalahan serius, namun usaha tani yang satu ini tetap berkembang. Untuk mengatasi permaslaahan itu, Distan menggulirkan sejumlah program yang didanai dari APBD Buleleng.

Dia mencontohkan, menekan biaya pembelian pupuk dan obat-obatan petani diajarkan pengendalian hama dan penyakit melalui program Sekolah Lapang Pengendalian Hama Terpadu (SL-PHT). Lewat program ini, pihaknya menyadarkan dan mengarahkan petani melakukan pengendalian hama penyakit dengan konsep pengendalian hama terpadu. Upaya ini epektif agar pemakaian pupuk dan obat-obatan kimia dengan bijaksana, sehingga sasaran akhirnya adalah modal produksi bisa ditekan dan tanaman tetap berproduksi optimal.

Baca juga:  Cegah Stunting, Bupati Suwirta Panen Padi Organik Olahan Pupuk TOSS

“Petani kita seolah tergantung, sehingga biaya produksi pun terus membengkak. Untuk maslaah ini kita rutin lakukan SL-PHT dengan mengajak petani lebih bijaksana dalam menggunakan pestisida kimia tersebut,” katanya.

Sementara itu upaya menjaga kuwalitas anggur hitam, Genep menyebut upaya yang yang dilakukan adalah berusaha menyadarkan petani berusaha untuk memanen pada umur yang wajar. Hanya dengan penyadaran ini kuwalitas anggur hitam yang tadinya terasa kecut menjadi manis bisa diwujudkan. Selain itu, pihaknya juga memberikan contoh dari hasil pengembangan budi daya anggur hitam dengan teknik pemeliharaan organik.

“Memang kalau buahnya dipanen sebelum cukup umur rasanya kecut. Ada petani menyemprot buah yang masih muda itu agar kulit luarnya hitam, seolah buah matang di pohon. Ini kita berikan pemahaman agar buahnya dipanen pada umur yang wajar, sehingga kuwalitas tetapp terjaga dengan baik, jelasnya. (mudiarta/balipost)

BAGIKAN

TINGGALKAN BALASAN

Please enter your comment!
Please enter your name here

CAPCHA *