Kapolrestabes Surabaya Kombes Pol Rudi Setiawan menunjukkan foto keluarga Dita Upriyanto saat penggerebekan rumah terduga teroris di kawasan Wonorejo Asri, Rungkut, Surabaya, Jawa Timur, Minggu (13/5). (BP/dok)

BANYUWANGI, BALIPOST.com – Aksi bom bunuh diri di tiga gereja di Surabaya, membuat pihak keluarga yang ada di Banyuwangi, ikut panik. Pihak keluarga di Dusun Krajan, Desa Tembokrejo, Kecamatan Muncar, mengatakan tak akan menerima jika jasad keluarga “bomber” itu dimakamkan di Banyuwangi.

Keluarga beralasan, mereka bukan warga Banyuwangi. Namun, tercatat sebagai warga Surabaya. Pihak keluarga berharap, jenazah keenamnya dimakamkan sesuai alamat asal. Permintaan itu disampaikan Rusiono, perwakilan keluarga pelaku bom bunuh diri di Surabaya, Senin (14/5).

Menurut Rusiono, keluarga di Banyuwangi cukup terpukul dengan peristiwa tersebut. Pihaknya tak menyangka, Puji Kuswati, pelaku yang meledakkan bom bersama dua putrinya, Fadhila dan Pamela  Riskita di Gereja Kristen Indonesia (GKI) Diponegoro, bisa berbuat keji.

Baca juga:  11 Hari Berlakunya PPKM, Usaha di Kabupaten Ini Terbanyak Terjaring Penertiban

Apalagi, mengikutsertakan anak-anaknya yang masih belia. “Ini yang tidak bisa dipahami keluarga. Sementara ini, pihak keluarga berharap jenazah Puji Kuswati dan keluarganya dimakamkan sesuai alamat,” jelasnya.

Hal ini, kata dia, untuk menghormati kondisi kejiwaan keluarga di Banyuwangi. Apalagi, para pelaku juga tak tercatat sebagai warga Banyuwangi.

Hal senada diungkapkan Kepala Desa Tembokrejo Sumarto. Pejabat ini mengatakan pihaknya menyarankan jenazah para pelaku bom di Surabaya dimakamkan sesuai alamat asal. “Kalau kami, sebenarnya tidak ada masalah. Tetapi, alangkah baiknya dimakamkan di Surabaya, sesuai alamatnya,” jelasnya.

Baca juga:  Hanyut Sehari, Penambang Ditemukan Tewas

Menurut Sumarto, warganya tak banyak yang mengenal para pelaku. Bahkan, saat kejadian, pihaknya baru mengetahui dari media. Sebab, selama ini, para pelaku tak tercatat sebagai warganya.

Hanya saja, orang tua pelaku adalah warga Desa Tembokrejo. Lalu, sejak umur 20 bulan, pelaku (Puji Kuswati, red) diasuh oleh tantenya di Magetan, Jawa Timur. Pelaku diasuh lantaran sang tante tak memiliki anak.

Seperti diberitakan, bom bunuh diri di tiga Gereja di Surabaya, Minggu (13/5), ternyata dilakukan oleh satu keluarga. Masing-masing, Dita Upriyanto, Puji Kuswati dan keempat anaknya. Yakni, Yusuf  Fadil, Firman Halim dan kedua anak perempuan, Fadhila dan Pamela  Riskita. Mereka beraksi bersamaan.

Baca juga:  Jelang Idul Adha, Bulog Gelontor Sembako Murah

Dita Upriyanto beraksi menggunakan mobil di Gereka Pantekosta Pusat, Surabaya, Puji Kuswati beraksi bersama dua putrinya Fadhila dan Pamela  Riskita di Gereja Kristen Indonesia Diponegoro, sedangkan Yusuf  Fadil dan Firman Halim meledakkan diri di Gereja Santa Maria Tak Bercela, Surabaya. (Budi Wiriyanto/balipost)

BAGIKAN

TINGGALKAN BALASAN

Please enter your comment!
Please enter your name here

CAPCHA *