DENPASAR, BALIPOST.com – Upaya deteksi dini harus benar-benar diterapkan di lapangan untuk mengantisipasi aksi teroris di Bali. Selain itu, dengan kekuatan mengakar Polri dan TNI, pemantauan perilaku penduduk pendatang mesti ditingkatkan lagi. Demikian disampaikan Prof. Dr. Rai Setiabudhi, S.H., M.H., selaku pengurus Forum Penanggulangan Teroris Provinsi Bali Bidang Pengkajian dan Penelitian.
Menurutnya Bali masih jadi incaran teroris sehingga perlu hati-hati dan tetap siaga. Masyarakat harus ikut berperan serta dengan cara penguatan di Desa Pakraman dan merapatkan barisan. Tujuannya untuk memantau perilaku warganya, khususnya penduduk pendatang.
Apabila melihat ada yang mencurigakan segera laporkan kepada pihak berwajib, baik kepada kepolisian dan aparat pemerintah. “Segera dilaporkan agar tidak kecolongan. Kita berharap kepolisian, walau sudah Siaga Satu tapi lebih ditingkatkan dan hati-hati sekali, demi keamanan Bali. Sinergi harus ditingkatkan misalnya dengan TNI,” tegasnya.
Menurut Prof. Rai, Bali tetap jadi perhatian karena sebagai destinasi pariwisata dan sebagai barometer dunia. “Kalau Bali sampai kena lagi (dibom, red), gawat. Mudah-mudahan tidak sampai terjadi. Kalau itu terjadi dunia internasional menyorotinya dan Bali akan habis. Kejadian di luar Bali saja saya yakin pengaruhnya besar terhadap pariwisata Bali,” ungkapnya.
Ia berharap anggota intelijen Polda harus lebih peka dan melakukan deteksi dini. Gejala-gejala yang terjadi dalam satu keluarga berpotensi teroris, sejak dini diendus dan dilakukan pengawasan. “Kepekaan masyarakat juga harus ditingkatkan. Harus benar peka bukan curiga, demi keselamatab bersama. Fungsi Intelijen deteksi dini dipertajam. Saya juga berharap revisi Undang-undang Antiterorisme segera disahkan. Kalau masih lambat, Presiden segera mengeluarkan Perppu,” harapnya.
Dampak kejadian ini masyarakat sudah resah. “Sangat mengkhawatirkan dan membuat ketidaknyamanan, bukan hanya rakyat Indonesia, bagi wisatawan besar sekali pengaruhnya,” ujarnya. (Kerta Negara/balipost)