NEGARA, BALIPOST.com – Upaya Kabupaten Jembrana untuk mengejar kue pendapatan dengan mengembangkan sektor pariwisata selama beberapa tahun ini sudah cukup maksimal. Namun, berbagai upaya itu tak akan menghasilkan bila infrastruktur penunjang transportasi masih seperti sekarang ini.
Satu-satunya solusi yang harus diwujudkan untuk menggerakan roda perekonomian adalah dengan jalan tol. “Cukup satu saja yang diperjuangkan, jalan tol. Kalau itu terwujud, semua akan bergerak sendirinya menangkap peluang,” ujar Kade Sudiana, akademisi di salah satu lembaga tinggi di Jembrana, Senin (14/5).
Upaya yang dilakukan pemerintah daerah ini akan sia-sia kalau tidak ada kepastian waktu tempuh yang diperlukan dari pusat kota ke Jembrana. Jalan Denpasar-Gilimanuk merupakan jalan nasional yang merupakan poros Sumatera-Jawa-Bali dan NTB.
Sehingga sudah selayaknya diperhatikan jalan penghubung nasional ini seperti di Jawa dan Sumatera. Wisatawan akan berpikir ke Jembrana, ketika faktor waktu tempuh ini tidak ada kepastian.
Selaku akademisi, pihaknya berharap kepada siapapun wakil rakyat Jembrana di Provinsi dan Gubernur terpilih nanti untuk memperhatikan Bali Barat. Sehingga, mempersempit jurang ketimpangan ekonomi. “Ingat Jembrana adalah bagian Bali dan masyarakat Jembrana juga memiliki andil memilih mereka. Siapapun pemimpinnya nanti, agar memperhatikan keinginan masyarakat ini,” tandas Sudiana.
Pembangunan jalan tol, menurutnya, sebagai solusi jangka panjang, sedangkan solusi jangka pendek adalah memperketat kendaraan barang. Bila perlu diterapkan aturan jam khusus kendaraan barang melintas, misalnya hanya pada malam hari hingga pagi.
Manfaatkan kantong-kantong parkir yang sudah ada saat ini, seperti di Terminal Kargo Gilimanuk, Rest Area untuk menampung sementara. Selain itu, lapangan terbang (lapter) juga semestinya bisa berada di Jembrana sebagai alternatif selain di Buleleng.
Hal senada juga diungkapkan Dewa Made Darsana, warga Jembrana. Jalan Denpasar-Gilimanuk yang menjadi poros nusantara sudah sangat krodit. Hal itu berdampak pada akses tempuh yang tidak menentu ke Jembrana. “Anehnya lagi, kok malah DPRD yang asal Jembrana menyuarakan (jalan) tol Soka ke Seririt, kita dapat asapnya saja. Semestinya jalan tol harus ada, cukup itu satu saja diwujudkan. Memang ini mahaberat, tapi kalau tidak Jembrana akan terus tertinggal,” tandasnya.
Pihaknya bersama para akademisi dan beberapa warga lain akan menyuarakan ini ke DPRD Provinsi. Termasuk akan audiensi dengan Komisi III DPRD Bali yang membidangi infrastruktur. Begitu pula dengan Gubernur yang siapapun nantinya terpilih agar memperhatikan keinginan masyarakat Jembrana ini. (Surya Dharma/balipost)