Suasana palebon Pekak Jegog yang diiring gamelan Jegog, Rabu (16/5). (BP/olo)

NEGARA, BALIPOST.com – Seniman yang memiliki andil dalam kesenian Jegog asal Desa Sangkaragung, Jembrana, I Ketut Suwentra (Pekak Jegog) kini telah berpulang. Meninggalnya sosok yang dikenal ramah bergaul dan eksentrik ini bukan saja menjadi duka keluarga, namun juga masyarakat Jembrana serta kalangan seniman dalam dan luar negeri.

Semasa hidupnya, Suwentra konsisten mengembangkan kesenian Jegog hingga menjadi kebanggaan masyarakat Jembrana dan Bali. Kecintaan pencipta tarian Makepung ini terhadap Jegog  dibuktikan melalui Yayasan Suar Agung yang kini sudah mencetak para penabuh Jegog hingga mencapai tujuh generasi.

Maestro Jegog ini menitipkan pesan kepada anak-anaknya dan seluruh seniman, agar Jegog tetap berkumandang. Hingga akhir hayatnya saat pelebon di Setra Sangkaragung, Rabu (16/5), gamelan Jegog pun ikut mengiringi sampai proses pembakaran selesai.

Baca juga:  Bupati Suwirta Harap Grand Final Duta GenRe Lahirkan Agen Perubahan Berkualitas

Iringan Jegog tabuh Sidakarya Pekak Jegog ini dipersembahkan oleh para generasi yang diajarkannya. Selain tabuhan Jegog, tarian Putri Bambu juga ditarikan diantara para pelayat dari berbagai daerah di Bali dan luar negeri. “Ini (iringan jegog) spontan dan memang permintaan beliau dari masugan (bertanya pada arwah almarhum). Beliau juga meminta agar disertakan juga topi koboi dan kacamata kesayangannya,” ujar I Gede Oka Artha Negara, anak pertama alm Suwentra ditemui di sela-sela pelebon.

Satu hal yang berulangkali disampaikan kepada Oka, yakni agar Jegog tetap berkumandang terutama Yayasan Suar Agung. Karena itu, Artha Negara yang saat ini berkiprah di Amerika Serikat meneruskan bakat ayahnya, berkeinginan kembali ke tanah air. Diantara lima anak Suwentra, Oka Artha Negara memiliki bakat paling menonjol dan beberapa kali tampil serta mencipta tarian.

Baca juga:  Sering Dijadikan Lokasi Syuting, Pemprov Bali Rancang Pergub Perfilman

Bapak dua anak yang saat ini sedang menempuh gelar doktor (PhD) di University of California mengenal sosok ayah sekaligus sahabat pada Suwentra. Kenangan yang paling berkesan saat menciptakan Tarian Tiing Sangkep.

Tarian yang menceritakan pemimpin memberikan contoh dan memberikan tongkat komando itu, ia merasa menjadi satu dengan ayahnya. “Beliau menginginkan agar Jegog tetap dilanjutkan sampai semampunya hingga seluruh dunia tahu,” tambah Oka didampingi adik kandungnya, Komang Wisnu Wardana.

Baca juga:  Dilarang Turis Berenang di Pantai Publik, Warga Lokal Lapor Polisi

Suwentra atau yang lebih dikenal Pekak Jegog meninggal pada Kamis (10/5) lalu di RSUP Sanglah. Jenazah Pekak Jegog tiba di rumahnya di Kelurahan Sangkaragung pada Sabtu (12/5).

Selama disemayamkan, sejumlah kawan dan tamu serta para pejabat di Bali hadir memberikan penghormatan terakhir kepada maestro Jegog ini. Seniman yang lahir di Jembrana 12 Desember 1948 meninggal karena  menderita kanker paru. Pekak Jegog selain berkiprah dalam kesenian Jegog, juga merupakan dosen di  Nagoya Collage of Music. (Surya Dharma/balipost)

BAGIKAN

TINGGALKAN BALASAN

Please enter your comment!
Please enter your name here

CAPCHA *