NEGARA, BALIPOST.com – Hampir dua tahun ini nelayan Selerek (purse seine) Selat Bali mengalami paceklik ikan. Nelayan yang mengincar ikan Lemuru itu meyakini beberapa faktor yang menyebabkan tidak adanya ikan.
Upaya menggunakan teknologi Global Positioning System (GPS) dan berpatokan pada peta penangkapan ikan (pelikan) ternyata tidak selalu berhasil. Ketua Himpunan Nelayan Seluruh Indonesia (HNSI) Jembrana, I Made Widanayasa, Kamis (17/5) mengatakan nelayan Selerek dalam mencari ikan umumnya selama ini berpatokan pada insting dan pengalaman.
Dengan petunjuk tukang panggung atau nahkoda yang duduk di atas bagian kapal. “Dengan kondisi paceklik ini (tidak ada ikan), sangat sulit menentukan ikan,” tandasnya.
Sejatinya memang para nelayan Selerek telah dikenalkan dengan teknologi mencari ikan menggunakan GPS dan pelikan yang dikeluarkan Kementerian Kelautan dan Perikanan (KKP) melalui Balai Riset dan Observasi Laut (BROL). Namun belum merata semuanya menggunakan berpatokan melalui teknologi itu. “Sebagian besar juga belum dapat mengetahui atau membaca peta tersebut (teori). Akan lebih mudah kalau informasi itu dibahasakan seperti petunjuk yang mereka tahu, misalnya dari pelabuhan berapa kilo sampai dan lain-lain,” terang pria asal Perancak ini.
Selain itu, dari beberapa nelayan yang mencoba berpatokan melalui peta tersebut, diketahui tidak seutuhnya valid. Menurut mereka, peta itu hanya mengetahui potensi ikan bukan mendeteksi ikan jenis tertentu.
Selain itu juga hanya menggambarkan situasi radius 10 meter dari permukaan air, tidak sampai ke dalam. “Peta itu kan sebenarnya mendeteksi plankton yang memang sering dimakan ikan Lemuru. Logikanya memang pasti ikan mencari makanan disana. Tapi sebenarnya tidak secara langsung mendeteksi ikan,” terangnya.
Dari pengalaman, nelayan yang mengikuti data peta yang berlaku untuk satu minggu itu bisa memang ada ikan, bisa juga tidak. Sementara itu, berdasarkan data statistik triwulan 2018 terkait Peta Lokasi Penangkapan Ikan (Pelikan) dari Balai BROL, jumlah unduhan peta untuk jenis ikan Lemuru paling rendah dibandingkan jenis lainnya.
Peta ini berisikan informasi prediksi daerah penangkapan ikan palagis tertentu (cakalang, lemuru dan tuna mata besar) di perairan Indonesia berdasarkan hasil analisis data citra satelit dan model oseanografi. Selama Januari hingga Maret, untuk jenis Lemuru total unduh 534 kali dengan jumlah terbit rata-rata 7-6 kali sebulan.
Sedangkan peta untuk Cakalang yang terbit secara rutin tujuh hari diunduh 969 kali. Dan Tuna Mata Besar, 1.208 kali unduh dengan penerbitan peta rutin setiap hari. (Surya Dharma/balipost)