Ilustrasi peternak ayam. (BP/dok)

TABANAN, BALIPOST.com – Sempat mencapai harga jual tinggi yaitu Rp 25 ribu per kg, kini harga jual ayam pedaging ditingkat peternak mengalami penurunan. Hal ini disebabkan pada stok ayam di pasaran yang disuplai peternak besar.

Salah satu peternak ayam pedaging di Penebel, Dewi Trisna , Jumat (18/5) mengatakan meski saat ini mendekati hari raya Galungan serta memasuki musim puasa, dimana permintaan akan daging ayam mengalami peningkatan, ternyata tidak berpengaruh signifikan pada harga jual ayam ditingkat peternak.

Dewi mengakui, terakhir ia memanen ayam sekitar lima hari lalu dan harga jualnya sudah turun dari Rp 25.000 menjadi Rp 20.500. “Berubah setiap hari. Terakhir menjualnya di harga Rp 20.500. Itu sekitar lima hari lalu,” ujarnya.

Baca juga:  Kembali ke Karangasem, Puluhan KK Tetap Mengungsi

Ia melanjutkan harga ayam ditingkat peternak lebih dipengaruhi oleh waktu panen para peternak besar. Menurutnya, jika peternak besar ini panen, maka stok ayam dipasaran menjadi banyak dan otomatis menurunkan harga ayam ditingkat peternak. “Jadi kalau peternak-peternak besar ini panen harga ayam pedaging menjadi turun karena stoknya banyak,” jelas Dewi.

Disisi lain kebijakan pemerintah menghilangkan kandungan AGP (antibiotic growth promoters) dalam pakan ternak ayam menyebabkan peternak membutuhkan waktu lebih lama untuk memanen ayamnya. Menurut Dewi saat ini waktu panen yang dibutuhkan adalah 37 hari. Itupun berat ayam tidak terlalu ideal saat dipanen.

Baca juga:  7 Tips Amankan Hari Tua, Biar Kamu Tak Menyesal

Ia melanjutkan meski sekarang membutuhkan rata-rata 37 hari untuk bisa memanen ayam, tetapi beberapa peternak ada yang memanen lebih cepat tergantung kerjasamanya dengan kemitraan. Sehingga rentang peternak saat ini memang ayamnya adalah dari usia 27 hari hingga 37 hari tergantung kemitraan masing-masing. Dari segi berat diakui Dewi masih sangat sulit mencapai berat ideal seperti saat pakan masih mengandung AGP. Menurutnya meski waktu pemeliharaannya lebih lama dibandingkan dulu, tetapi beratnya ideal sangat sulit tercapai.

Peternak sendiri kata Dewi ada yang menerapkan pemberian makanan tambahan maupun stimulasi tradisional dalam bentuk jamu. Namun cara ini belum memberikan hasil yang pasti dalam hal mencapai berat ideal ayam pedaging. ‘’Ada yang berhasil ada yang tidak. Kalau saya tidak melakukan tindakan apa-apa dan cuma memberikan pakan. Berat rata-ratanya tidak begitu baik hanya  1,7 kg,’’ ujarnya.

Baca juga:  Bali Kembali Rebut Juara Umum di UDG ke-14

Fluktusi harga ayam pedaging ditingkat peternak dipaparkan Dewi masih bisa mendatangkan keuntungan bagi peternak jika harganya masih ada diseputaran Rp 17.000 hingga Rp 18.000 perkilogram. Jika dibawah harga  tersebut,  apabila dihitung dengan biaya operasional menurutnya tidak nutup dan membuat peternak merugi.

Sementara dari data Dinas Perindustrian dan Perdagangan Tabanan, harga daging ayam  di pasaran justru mengalami peningkatan dari Rp 36.000 perkilogram menjadi Rp 38.000 perkilogramnya. (wira sanjiwani/balipost)

BAGIKAN

TINGGALKAN BALASAN

Please enter your comment!
Please enter your name here

CAPCHA *