Suasana pengabenan "Susik" Bondres, Selasa (22/5). (BP/mud)

SINGARAJA, BALIPOST.com – Setelah disamayamkan beberapa hari, jenazah seniman sekaligus perintis seni bondres Buleleng almarhum Drs. Ngurah Made Sadika atau yang dikenal dengan sebutan “Susik” Bondres, Selasa (22/5) diaben di Setra Desa Pakraman Panji, Kecamatan Sukasada. Selain ratusan krama desa, sejumlah seniman, dan kerabat dekat mengantarkan almarhum ke tempat peristirahatan terakhirnya.

Duka mendalam pun mewarnai keluarga almarhum. Puncaknya, ketika jenazah akan dibakar, istri almarhum Luh Rening tidak kuasa menahan tangis. Bahkan, ibu dua anak itu mendadak lemas dan nyaris pingsan ketika api mulai membakar jenazah suaminya.

Upacara pelebon diawali dengan nyiramang layon (jenazah) di rumah duka Jalan Kresna, Singaraja. Dari rumah duka, jenazah kemudian dinaikkan ke mobil ambulans untuk dibakar di setra Desa Pakraman Panji.

Baca juga:  Di RSD Mangusada, Jumlah Jenazah Titipan Masih Lampaui Kapasitas

Di stera, jenazah kembali diupacarai kemudian keluarga dan kerabat mendoakan agar arwah almarhum mendapat tempat di sisi Tuhan. Pada prosesi ini, Luh Rening tidak kuasa menahan tangis. Berkali-kali, dia ditenangkan oleh keluarga, namun gagal.

Puncaknya, pada saat prosesi pembakaran jenazah, tubuh Rening tiba-tiba lemas. Dia pun sempat dipapah oleh keluarganya untuk dibawa menjauh.

Beruntung, Rening bisa mengendalikan perasana sedihnya dan sempat mengucap doa terakhir kepada almarhum agar mendapat tempat di sisi Tuhan dan senantiasa memberikan jalan kepada kedua anaknya Gede Arya Darmadi dan Ni Made Ari Dharmini yang ditinggalkan.

Baca juga:  Puluhan Anggota DPRD Bali Lakukan Rapid Test

Sementara itu, salah seorang teman almarhum yang juga sesama seniman bondres, Komang Suardika mengaku sangat kehilangan dengan kepergian almarhum. Pria yang akrab dipanggil Mang Epo ini mengaku sering pentas dengan almarhum. Dari sekian kali pentas satu panggung itu, Suardika mengaku almarhum memiliki karakteristik khas.

Ciri yang sulit ditiru itu adalah suara dan gaya panggung almarhum yang menunjukkan sosok centil. “Almarhum punya ciri khas yang tidak dimiliki pemain bondres lain. Bahkan, saat pentas sebelum bersuara pun penonton sudah tertawa. Dan ini kelebihan beliau dalam membawa bondres Buleleng eksis seperti sekarang,” katanya.

Baca juga:  Pelinggih Gedong Pura Dalem Meliling Kebakaran

Meski karekter yang sulit ditiru, namun Suardika yakin kalau “taksu” Susik akan menurun kepada anaknya Gede Arya Darmadi. Keyakinanya ini setelah mengetahui kemampuan anak almarhum yang akrab dipanggil Cimcim itu sudah mampu meniru gaya Susik seperti dimainkan oleh almarhum terdahulu. “Yakin karakter dan tokos Susik itu tidak akan hilang. Saya yakin kalau beliau akan menurunkan Taksu-nya kepada anaknya yang sekarang mulai melanjutkan perjuangan seni almarhum dan berusaha tampil seperti Susik aslinya,” jelasnya. (Mudiarta/balipost)

BAGIKAN

TINGGALKAN BALASAN

Please enter your comment!
Please enter your name here

CAPCHA *