DENPASAR, BALIPOST.com – Bagi sebagian besar warga Denpasar tentunya sudah tidak asing lagi dengan nama Bali Star Academy (BSA). Sekolah yang didirikan pada 2006 oleh Yayasan Berkat Bagi Bali ini sudah banyak mengukir prestasi.

Sekolah yang bernaung di bawah satu payung Every Nation Indonesia atau DI Indonesia yang lebih dikenal dengan nama Morning Star Indonesia ini tak hanya mengukir prestasi di lokal Bali, namun juga Indonesia dan dunia. Bahkan, baru-baru ini BSA meraih nilai rata-rata peserta UN 2018 peringkat kelima tertinggi di Bali dengan total nilai 324.90.

Bukan hanya secara akademis, prestasi non-akademis juga berhasil diraih sekolah yang menyelenggarakan kurikulum nasional 2013 dengan bahasa pengantar Bahasa Inggris. Salah satu siswa BSA, Keisha Claudia siswi kelas 6 menjadi salah satu perwakilan Bali dalam ajang The Voice Kids Indonesia yang lolos ke babak perebutan di Jakarta. Keisha menjadi salah satu peserta yang memperkuat team Agnes Monica.

Prestasi tersebut segera disusul oleh adik kelasnya I Putu Cinta Wirawan, siswi kelas 4 SDTK BSA yang lolos ke babak final Asian Dreamerz Kids 2018 di Singapura. Ia masuk dalam jajaran lima besar (menduduki posisi juara harapan 1).

Prestasi yang membuat decak kagum itu disusul pula oleh kakak kelasnya Sweeta, siswi kelas 2 SMPTK BSA dengan menjadi finalis Top Model Indonesia sebagai juara 3. Ia mewakili Bali dalam babak lanjutan di Jakarta pada November 2018 nanti.

Baca juga:  Empat Pebulu Tangkis Dibiayai Ikut Sirnas

Tak kalah serunya, adik kelas mereka Jocelynn Setiawan, siswi kelas 3 SDTK menyabet juara 1 terbaik nasional dalam Essex Indonesia Piano Competition 2018. Bella Lieneva, siswi yang baru duduk di kelas 2 SDTK juga berhasil meraih terbaik kedua dalam ajang English Buzz Spelling Bee Competition se-Denpasar yang diselenggarakan di Hotel Nikki Denpasar.

Pendiri Sekolah Bali Star Academy, Ps. Dr. Dedy Ndun ,M.Th, CBC dan istrinya Lince Ate Ndun, di ruang kerjanya di sekolah Bali Star Academy yang beralamat di Jalan By Pass Ngurah Rai 447, mengatakan anak-anak dididik dan dilatih untuk menghormati Tuhan dan memiliki karakter yang sesuai dengan yang Tuhan inginkan yaitu : Kejujuran (Honesty), Kesetiaan (Loyalty), Ketaatan (Obedience), Mengucap Syukur (Gratefulness), dan lain-lain. Dedy mengutarakan sekolah yang dibentuknya ini dimulai dari mimpinya.

Ia memiliki visi untuk menerapkan “Classical Education” dengan mengajarkan anak-anak untuk hormat kepada Tuhan di atas segalanya. Siswa-siswi diajarkan untuk menjadi inspirasi dan membawa pengaruh baik bagi orang lain, termasuk bagi orang tua dan keluarga di rumah.

Sekolah yang mendidik anak-anak mulai dari pre-school (usia 2 tahun) hingga seluruh jenjang lanjutan TK, SD, SMP sampai SMA ini mengajarkan agar anak selalu do the best (lakukan yang terbaik) di semua hal yang mereka bisa lakukan. “Kalau kamu belajar, belajar yang terbaik, kalau kamu bermain musik, bermain yang terbaik, kalau kamu membersihkan rumah, bersihkan yang terbaik..dan seterusnya,” jelasnya.

Baca juga:  IB Made Dwijanatha, Atlet Renang Cilik dari Desa Mengwi

Prinsip itulah yang terus diingatkan dan ditekankan oleh semua pendidik dan pengajar kepada siswa-siswi BSA. Sebab hidup ini adalah AVODAH atau ibadah kepada Tuhan. “Kita harus selalu melakukan segala sesuatu dengan hati yang terhubung kepada Tuhan,” tegasnya.

Setiap siswa dilatih untuk memiliki tanggung jawab mengembangkan kemampuan yang telah Tuhan berikan dalam hidup mereka sebaik-baiknya. “Kita minta mereka sungguh-sungguh menekuni apa yang mereka mampu lakukan itu dengan sebaik-baiknya,” paparnya.

Ditambahkan, BSA selalu menekankan bahwa musuh terbesar siswa bukan orang lain, bukan orang tua dan apalagi bukan siswa lain. Musuh terbesar siswa adalah diri mereka sendiri. “Mereka harus mengalahkan the big ‘I’ atau ke-AKU-an nya. Ingat bahwa mereka tidak bersaing dengan siapapun di sekolah ini bahkan di dunia ini. Mereka tidak bersaing dengan temannya. Mereka tidak bersaing dengan siswa sekolah lain, mereka harus bersaing dengan dirinya sendiri,” jelasnya.

Dedy mengakui memang tidak mudah untuk menerapkan ini. Pada awalnya orang tua terjebak untuk bersaing dengan anak lain. Para orang tua cenderung menanyakan ranking di kelas atau peringkat anaknya di sekolah. Di BSA tidak ada perankingan di kelas.

Dalam penerimaan rapor, contohnya, nilai seorang anak tidak dibandingkan dengan teman lain, namun dibandingkan dengan nilainya di semester lalu. Intinya seorang anak harus mengembangkan bakatnya sebaik mungkin dan dia harus lebih baik dari hari kemarin.

Baca juga:  Wushu Tabanan Bertekad Geser Denpasar di Porprov

BSA memiliki hall (ruang pertemuan) yang dilengkapi instrumen musik dan soundsystem, serta lighting panggung yang lengkap. Dedy menambahkan, di BSA banyak sekali event yang ‘memaksa’ anak mengeluarkan bakatnya yang terpendam. Ada anak-anak yang dari kecil umur 2-3 tahun, contohnya Matthew, yang sudah disuruh tampil di depan untuk peragaan busana.

Ada yang berbakat puisi seperti Laura Anjani yang awalnya pendiam ternyata ketika tampil di event BSA Got Talent meraih juara 1. Juga ada yang berbakat merancang busana seperti Gladys Aqillah kelas 3 SMPTK BSA diberikan kesempatan memamerkan hasil karyanya, ada yang berbakat drum sejak usia taman kanak-kanak seperti Ardo siswa kelas 5 atau gitar seperti Martin Sidabutar siswa kelas 2 dan Pierre Djuma siswa kelas 4 SDTK BSA.

“Semuanya diberikan wadah untuk mengembangkan bakat dan kemampuannya semaksimal mungkin dengan prinsip saya ada untuk memberi manfaat bagi orang lain,” tegasnya.

Ia mengatakan BSA akan menggelar Open House pada Kamis (7/6) di Hall H-Culture Jalan By Pass Ngurah Rai. Acara digelar pukul 11.00 Wita (telp/WA ke 081337233852, Ms. Paramita). Berlangsung hanya selama 1 jam, acara tersebut diharapkan menjawab banyak pertanyaan mengenai pendidikan. (Adv/balipost)

BAGIKAN

1 KOMENTAR

TINGGALKAN BALASAN

Please enter your comment!
Please enter your name here

CAPCHA *